4 Komplikasi Gastritis yang Patut Diwaspadai
By: Date: 23 Mei 2020 Categories: gasritis,Gastritis,Health Centers,Maag,radang lambung

Gastritis atau radang lambung adalah penyakit yang menimbulkan gejala maag, seperti perut mulas, mual, muntah dan kembung. Gejala ini memang bisa menghambat aktivitas yang Anda lakukan, tapi bisa Anda redakan dengan minum obat-obatan yang diresepkan dokter. Bila tidak, gejala akan semakin parah dan gastritis bisa menimbulkan komplikasi. Lantas, apa saja komplikasi akibat gastritis yang tidak diobati?

Komplikasi gastritis yang perlu Anda waspadai

gastritis kronis

Gejala maag yang muncul terus-menerus bisa menjadi tanda dari gastritis. Penyakit ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi bakteri, penggunaan obat NSAID jangka panjang, atau berlebihan minum alkohol.

Semua hal tersebut dapat mengikis lapisan lambung dan secara terus-menerus dapat menyebabkan peradangan. Begitu juga dengan bakteri H. pylori yang bisa melukai lapisan lambung karena jumlahnya terlalu banyak.

Gejala gastritis hampir serupa dengan gejala maag biasa karena naiknya asam lambung sehingga sering kali disepelekan. Padahal, gastritis yang semakin memburuk bisa menyebabkan komplikasi, di antaranya:

1. Tukak lambung

Mayo Clinic menyebutkan bahwa tukak lambung adalah salah satu komplikasi dari gastritis. Penyakit ini menandakan adanya luka pada lambung atau lapisan perut karena gastritis yang semakin parah. Tanpa perawatan, luka bisa menyebar ke area usus kecil.

Penyebab utama dari komplikasi gastritis ini adalah infeksi bakteri dan penggunaan obat pereda nyeri golongan NSAID.

Gejala yang paling umum dirasakan ketika tukak lambung terjadi adalah sensasi terbakar dan nyeri di area tengah perut—antara pusar dan dada.

Kemudian, diikuti gejala lain seperti mudah kenyang, sendawa, dan mual. Biasanya gejala akan muncul ketika perut kosong, dan ini akan berlangsung selama beberapa menit atau berjam-jam lebih lama.

Komplikasi gastritis ini bisa diobati dengan antibiotik dengan kombinasi obat untuk asam lambung. Prosedur pembedahan mungkin dibutuhkan jika gejala tidak membaik, terjadi pendarahan, dan lapisan yang robek.

Pengobatan ini meliputi pengangkatan dan pemotongan jaringan yang terluka, mengikat dan menutup arteri yang berdarah, serta memotong suplai saraf ke perut untuk mengurangi produksi asam lambung.

2. Perdarahan pada lapisan perut

Selain peradangan dan luka menyebar ke usus kecil, komplikasi gastritis seperti tukak lambung juga dapat menyebabkan perdarahan. Ini bisa menjadi komplikasi yang mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat.

Gejala komplikasi gastritis ini tidak berbeda jauh dengan tukak lambung. Hanya saja, kondisi ini bisa menyebabkan feses jadi berwarna gelap karena tercampur darah dan lebih lengket. Selain itu, beberapa orang juga merasakan muntah dengan bercak darah dan pusing.

Agar tidak semakin parah, dokter biasanya akan meresepkan obat asam lambung, seperti proton pump inhibitor (PPI) atau H-2 receptor blocker.

3. Anemia

Komplikasi gastritis yang semakin memburuk bisa menyebabkan anemia pernisiosa. Ini menandakan bahwa jumlah sel darah merah mengalami penurunan karena usus yang terluka tidak dapat menyerap vitamin B12 dengan baik. Vitamin B12 adalah salah satu komponen pembentuk sel darah merah.

Saat lapisan perut terluka, protein yang mengikat vitamin B12 tidak diproduksi secara maksimal. Akibatnya, produksi sel darah merah tidak mencukupi. Terjadinya perdarahan dan kurangnya penyerapan vitamin B12 ini akan menyebabkan anemia pernisiosa.

Orang yang mengalami komplikasi gastritis ini biasanya akan mengalami gejala diare, kelelahan, mual dan muntah, jaundice, dan sensasi panas disertai rasa nyeri di dada.

Pengobatan akan difokuskan dengan meningkatkan asupan vitamin B12, baik itu dengan pola makanan maupun suplemen.

4. Kanker perut (komplikasi gastritis atrofi)

Menurut situs yang dikelola oleh American Cancer Society, gastritis atrofi akut dapat menyebabkan komplikasi kanker. Gastritis atrofi adalah jenis gastritis yang muncul akibat peradangan di lapisan perut selama bertahun-tahun.

Kondisi ini bisa terjadi karena adanya infeksi bakteri penyebab gastritis, penyakit autoimun atau anemia pernisiosa. Tidak diketahui secara pasti bagaimana gastritis dapat menyebabkan kanker. Namun, para periset berpendapat jika peradangan pada lambunglah yang menyebabkan sel-sel di jaringan lambung atau perut jadi abnormal.

Kanker perut biasanya tidak menunjukkan gejala di awal perkembangannya. Gejala baru akan bermunculan ketika kanker sudah berkembang ke stadium lanjut. Pada kasus komplikasi gastritis ini, proses pembedahan akan dilakukan untuk mengangkat sel kanker. Kemudian, pengobatan dilanjutkan, baik dengan itu obat,  terapi radiasi, maupun kemoterapi.

Tips mencegah komplikasi gastritis

obat gastritis asam lambung

Berbagai komplikasi gastritis dapat mengancam jiwa. Oleh karena itu, Anda tidak boleh menyepelekan gejala maag yang muncul, terutama jika terjadi terus-menerus. Segera lakukan konsultasi ke dokter, untuk mengetahui penyebab sekaligus diagnosis yang akurat.

Anda mungkin akan dirujuk untuk melakukan tes kesehatan, meliputi tes pencitraan, endoskopi, atau tes pendeteksi bakteri lewat feses atau napas.

Jika memang gejala maag yang Anda rasakan adalah gastritis, ikuti pengobatan yang direkomendasikan dokter. Dokter akan memberikan obat, seperti antasida, antibiotik, obat PPI, dan obat H-2 receptor blocker. Pilihan obatnya pun beragam dan disesuaikan dengan penyebab gastritis.

Jika Anda sudah mengalami gastritis, gejalanya dapat kambuh kapan pun jika terpicu. Oleh karena itu, Anda harus minum obat untuk meredakan gejala sekaligus menghindari berbagai pantangannya. Jika Anda berada di posisi ini, tentu akan lebih baik jika mencegah gastritis sampai menimbulkan komplikasi, bukan?

Mengikuti pengobatan sesuai dengan arahan dokter menjauhkan Anda dari komplikasi gastritis. Selain itu, Anda yang didiagnosis memiliki gastritis juga harus mengubah gaya hidupnya. Jika tidak, gejala gastritis bisa kumat dan semakin parah.

  • Memastikan porsi makanan tidak berlebihan, yakni makan dengan porsi kecil namun sering.
  • Menghindari berbagai makanan yang memicu gejala, seperti makanan pedas, asam, dan tinggi lemak.
  • Batasi asupan kafein yang ada pada teh, kopi, dan minuman bersoda.
  • Berhenti minum alkohol dan merokok.
  • Minta dokter untuk mengganti obat pereda nyeri yang lebih aman untuk perut Anda.

Baca Juga:

Let’s block ads! (Why?)