Akibat Obat-obatan Langka, Warga Racik Obat Tradisional bagi Ternak Terpapar PMK | SuaraNTB – SUARA NTB
By: Date: 6 Juni 2022 Categories: healthy tips,herbal,obat alami,obat tradisional,terapi,Tips Sehat
Ternak terjangkit PMK di Lobar banyak yang belum diberi obat-obatan. Hal ini mengancam kesehatan dari ternak dan dikhawatirkan semakin meluas. (Suara NTB/her)

Obat-obatan untuk penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) di kabupaten LombokBarat masih limit dan langka. Akibatnya, ternak yang terpapar PMK belum bisa tertangani. Untuk penanganan sementara, warga di sejumlah tempat di Lobar pun membuat semacam obat tradisional dari campuran tanaman obat yang tersedia di daerah sekitar. Warga pun sangat berharap ternak mereka segera mendapatkan penanganan.

SEPERTI di Desa Lembar Utara Kecamatan Lembar. Sejauh ini hampir sekitar 1.000 ekor. Hampir belasan ekor ternak mati terjangkit PMK, baik yang dewasa lima ekor dan pedet (anak sapi) sekitar tujuh ekor. Namun sangat disayangkannya, sejauh ini belum ada penanganan obat-obatan dari dinas terkait. “Belum ada penanganan obat-obatan dari dinas, padahal sudah banyak ternak yang mati. Kami pun pakai obat-obatan tradisional. Racikan temulawak, laos, garam. Banyak warga sudah membuat meracik sendiri obatnya,” kata Kepala Desa Lembar Utara, Sainah, Minggu, 5 Juni 2022.

IKLAN

Sejauh ini, banyak warga yang melakukan penyuntikan mandiri. Warga membayar untuk obat dan tukang suntik ternak. Ia sangat berharap agar segera dilakukan penanganan dari OPD terkait, sebab kondisi warga sangat kesusahan akibat kondisi ternak yang sakit terserang PMK.

Pihaknya sudah melayangkan permintaan ke dinas, hanya saja pihak dinas terkendala anggaran, sehingga mereka perlu melakukan pengalihan anggaran. Seperti di Dusun Karang Anyar Desa Lembar Utara, terdapat 90 ternak terpapar PMK di daerah itu.

Kadus Karang Anyar Desa Lembar Utara Nyoman Kasne menuturkan banyak ternak di dusun nya yang terjangkit PMK, namun penanganan dari pemerintah belum maksimal. “Banyak ternak warga kami di sini terpapar PMK namun belum ditangani maksimal (diobati). Kami hanya menggunakan obat-obatan tradisional yang kami racik sendiri,” kata dia Minggu, 5 Juni 2022.

Dikatakan, racikan obat yang dibuat dari bahan-bahan seperti kunyit, garam, gula merah untuk penanganan ternak sementara waktu. Diakui dengan obat ini ada pengaruhnya, meski sedikit memakan tenaga.  Ia berharap agar penanganan ternak segera dilakukan dari pihak pemerintah. Sebab penyebaran di wilayahnya sudah mengkhawatirkan.

Sementara itu, untuk mengantisipasi penularan semakin meluas, Pemkab Lobar diminta menyediakan tempat karantina sapi terjangkit PMK. “Apakah ada kandang kita yang disediakan sebagai tempat karantina? Ini penting,” kata Wakil Ketua DPRD Lobar Hj. Nurul Adha.

Ia mengatakan, penularan PMK tidak jauh beda dengan Covid-19. Karena itu, penanganannya seharusnya sama, mulai dari menjaga jarak, karantina, hingga menjaga imunitas. “Ternak yang sakit dengan sehat sebaiknya dipisahkan. Nah, kita dorong pemerintah melakukan ini,” ujar Nurul Adha.

Jika penularan semakin luas, dipastikan peternak akan rugi besar. Terlebih, saat ini mendekati Idul Adha. “Kebutuhan pasti meningkat. Lobar inikan termasuk daerah yang bisa menjual sapi keluar,” katanya. Karena itu, sangat disayangkan jika gara-gara PMK masyarakat tidak bisa menjual ternaknya. Sebab, bisa saja sapi masyarakat tidak mau membeli sapi Lobar. “Padahal peternak kita sudah berupaya menyiapkan stok kebutuhan Idul Adha,” tambahnya.

Kepala Dinas Pertanian Lobar Lalu Winengan mengatakan, pemerintah terus berupaya menekan angka penularan. Dia juga mengaku, hewan ternak yang terjangkit terus bertambah. Tetapi kesembuhan juga tinggi.

Menurut Winengan, bertambahnya angka kesembuhan itu tidak lepas dari kerja keras semua pihak, terutama tim dokter, tenaga kesehatan hewan, penyuluh, dan semua stakeholder. “Kami di Dinas Pertanian terus bekerja keras,” tegasnya.

Dia mengaku, pihaknya mengalami sejumlah kendala dalam penanganan PMK. Seperti kekurangan dokter dan tenaga kesehatan hewan, serta minimnya obat-obatan. “Kami sangat berharap agar pemerintah pusat dan Pemprov NTB membantu supaya PMK bisa dikendalikan,” harapnya. (her)