Bulan Purnama Super hingga Hujan Meteor, Berikut Fenomena Astronomi yang Akan Terjadi di Tahun 2022 – Bewarajabar
By: Date: 14 Januari 2022 Categories: Sains

Bewarajabar.com – Seperti halnya tahun 2021, di tahun 2022 pun akan terjadi banyak fenomena astronomi. Dilansir dari Kompas.com, Jumat (14/1/2022) yang bersumber langsung dari laman resmi LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), akan terjadi beberapa fenomena astronomi di tahun 2022.

Fenomena-fenomena astronomi yang dapat disaksikan oleh masyarakat tersebut adalah:

1. Puncak Konjungsi Mars-Saturnus

Konjungsi Mars-Saturnus terjadi pada 5 April 2022, yang dapat disaksikan dari arah Timur mulai pukul 03.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.

Fenomena astronomi tersebut sebelumnya pernah terjadi pada 3 April 2018 dan 1 April 2020. Peristiwa konjungsi Mars-Saturnus akan kembali terjadi pada 11 April 2024 dan 20 April 2026.

2. Konjungsi Kuintet Saturnus-Mars-Venus-Jupiter-Bulan

Pada 24-29 April 2022, akan terjadi fenomena astronomis Konjungsi Kuintet, yaitu lima benda langit, Saturnus, Mars, Venus, Jupiter, dan Bulan, yang tampak segaris secara visual sekaligus.

Waktu penglihatan fenomena ini berbeda, pada 24-28 April 2022, konjungsi dapat disaksikan sejak pukul 04.00 waktu setempat dari arah timur memanjang hingga tenggara. Sedangkan pada 29 April 2022, peristiwa astronomi ini baru dapat disaksikan sejak awal fajar astronomis atau 75 menit sebelum Matahari terbit.

3. Puncak Konjungsi Venus-Jupiter

Pada 1 Mei 2022, Venus berkonjungsi dengan Jupiter memiliki sudut pisah 14 menit busur. Fenomena ini dapat disaksikan pada arah timur pukul 03.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.

Fenomena ini sebelumnya pernah terjadi pada 25 November 2018 dan 12 Februari 2021. Peristiwa konjungsi Venus-Jupiter akan kembali terjadi pada 2 Maret 2023 dan 24 Mei 2024.

4. Okultasi Venus oleh Bulan

Okultasi merupakan peristiwa terhalangnya benda langit yang tampak lebih kecil oleh benda langit lain yang tampak lebih besar jika diamati dari Bumi.

Secara global, Venus mengalami okultasi oleh Bulan pada 27 Mei sejak pukul 00.36 UT hingga 05.30 UT.

Durasi okultasi terlama terjadi di Kota Muko-Muko selama 1 jam 49 menit 29 detik, sejak pukul 09.03 WIB. Sedangkan durasi okultasi tersingkat sekaligus wilayah paling terlambat yang mengalami okultasi terjadi di Kota Manokwari selama 22 menit 17 detik, sejak pukul 13.12 WIT. Wilayah paling awal yang mengalami okultasi terjadi di Kota Bengkulu pukul 09.03 WIB, selama 1 jam 48 menit 38 detik.

5. Bulan Purnama Super

Bulan Purnama Super atau Bulan Purnama Perige merupakan fase Bulan purnama yang terjadi beriringan saat Bulan berada di titik terdekatnya dari Bumi atau disebut Perige. Peristiwa ini terjadi setiap tahun, setidaknya satu kali dalam setahun.

Puncak fenomena terjadi pada 14 Juni 2022 pukul 18.51 WIB, 19.51 WITA, dan 20.51 WIT dengan jarak 357.658 km. Sementara pada 14 Juli, puncaknya terjadi pukul 01.37 WIB, 02.37 Wita, dan 03.37 WIT dengan jarak 357.416 km.

Bulan Purnama Super dapat disaksikan dari arah tenggara hingga barat daya sebelum Matahari terbenam hingga setelah Matahari terbit.

6. Okultasi Uranus oleh Bulan

Secara global, Uranus mengalami okultasi oleh Bulan pada 24 Juni 2022 sejak pukul 19.57 UT hingga 00.33 UT.

Sebagai informasi, Uranus hanya dapat disaksikan menggunakan alat bantu. Durasi okultasi terlama terjadi di Kota Manokwari selama 1 jam 19 menit 32 detik (sejak pukul 05.23 WIT), sedangkan durasi okultasi tersingkat terjadi di Kota Balikpapan selama 16 menit 47 detik (sejak pukul 04.30 WIT).

Wilayah paling awal yang mengalami okultasi terjadi di Kota Kupang pukul 04.05 WIB, selama 1 jam 8 menit 45 detik dan wilayah paling akhir yang mengalami okultasi terjadi di Kota Bontang pukul 04.36 Wita, selama 18 menit 0 detik.

Secara umum, beberapa wilayah Indonesia yang mengalami okultasi venus dapat menyaksikan fenomena ini dari arah Timur hingga Tenggara. Peristiwa ini pernah melewati Indonesia pada 15 Juli 2006, 8 September 2006, dan 28 November 2006.

7. Puncak Hujan Meteor Perseid

Perseid merupakan hujan meteor yang titik radiannya berasal dari konstelasi Perseus. Intensitas maksimum hujan meteor ini sebesar 100 meteor per jam.

Sehingga, dengan ketinggian maksimum titik radian di Indonesia yang bervariasi antara 20,9 derajat (Pulau Rote) hingga 37,8 derajat (Pulau Sabang), intensitasnya berkurang menjadi 36 meteor per jam (Pulau Rote) hingga 61 meteor per jam (Sabang).

Titik radian Perseid terbit dari arah timur laut pukul 23.00 malam sebelumnya (untuk Sabang atau yang selintang) hingga pukul 01.00 waktu setempat (untuk Pulau Rote atau yang selintang).

Perseid dapat disaksikan hingga 25 menit sebelum Matahari terbit saat titik radiannya berkulminasi di arah utara. Sebagai informasi, Perseid bersumber dari sisa debu komet 109P/Swifts-Tuttle, dengan kecepatan meteor pada hujan meteor dapat mencapai 212.400 km per jam.

8. Gerhana Bulan Total

Gerhana Bulan total merupakan fenomena astronomis saat seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi. Ini dikarenakan konfigurasi antara Bulan, Bumi, dan Matahari membentuk sebuah garis lurus.

Gerhana Bulan total terjadi pada 8 November 2022 dengan durasi total selama 1 jam 24 menit 58 detik dan durasi umbra selama 3 jam 39 menit 50 detik.

9. Puncak Hujan Meteor Geminid

Geminid merupakan hujan meteor yang titik radiannya berasal dari konstelasi Gemini. Intensitas maksimum hujan meteor ini sebesar 120 meteor per jam.

Geminid dapat disaksikan dari arah timur laut hingga barat laur sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.

Fenomena ini dapat diamati tanpa alat bantu optik, kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk citra maupun video. Saat menyaksikan, pastikan cuaca cerah, berbas dari penghalang di sekitar medan pandang, dan bebas dari polusi cahaya, karena tutupan awan dan skala Bortle berbanding terbalik dengan intensitas meteor.