Efektifkah Coitus Interruptus Sebagai Kontrasepsi Alami?
By: Date: 30 September 2019 Categories: Informasi Kesehatan,Seks,Seksualitas
https://doktersehat.com/wp-content/uploads/2019/09/ejakulasi-di-luar-doktersehat.jpg

DokterSehat.Com – Menggunakan alat kontrasepsi adalah  cara terbaik untuk menunda kehamilan atau mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Alat kontrasepsi yang bisa digunakan oleh pasangan ada banyak mulai dari IUD yang ditanamkan di rahim dan serviks hingga jenis KB suntik dan pil yang banyak digunakan wanita.

Kontrasepsi yang Masih Ditakuti

Meski merencanakan KB bisa dilakukan oleh pasangan kapan saja mereka mau, beberapa orang tidak menyukai kontrasepsi konvensional yang ada di luaran sana. KB jenis hormonal seperti pil dan suntik berisiko sebabkan wanita alami kegemukan dan gangguan seksual. Selanjutnya pada pria, kontrasepsi seperti IUD bisa membuat penis tidak nyaman saat seks.

Nah, menyiasati ketidaknyamanan saat bercinta dan mencegah kegemukan, pria lebih memilih melakukan ejakulasi di luar. Saat seks mereka tidak memakai kondom dan ejakulasi dilakukan di luar vagina. Efektifkah cara ini untuk mencegah kehamilan?

Ejakulasi di Luar dan Peluang Kehamilan

Katakanlah pria berhasil melakukan ejakulasi di luar saat mendapatkan orgasme yang hebat. Nah, karena ejakulasi dilakukan di luar, peluang terjadi pembuahan menjadi kecil. Setidaknya berdasarkan penelitian ada kemungkinan 4% pria masih bisa membuahi dan sperma masuk ke tuba falopi untuk bertemu dengan sel telur.

Peluang yang cukup kecil itu muncul karena pria masih menghasilkan cairan pra ejakulasi. Cairan lengket ini masih mengandung sperma dalam jumlah yang tidak banyak. Kalau pria melakukan penetrasi, kemungkinan cairan itu masuk ke serviks, lalu rahim, dan akhirnya menunggu sel telur di tuba falopi akan besar.

Jadi, melakukan ejakulasi di luar atau coitus interruptus tidak benar-benar mencegah kehamilan secara sempurna. Masih ada peluang terjadi kehamilan meski cukup kecil. Kalau Anda sudah memiliki anak yang cukup atau jaraknya masih berdekatan, melakukan seks jenis ini akan sangat berisiko.

Melahirkan secara alami memang bisa dilakukan oleh wanita selama dia masih sehat dan tidak ada cacat. Namun, kalau hamil terjadi hanya beberapa saat setelah persalinan, kemungkinan besar akan terjadi masalah pada wanita. Jadi, menggunakan kontrasepsi lebih memberikan rasa aman.

Kegagalan Ejakulasi di Luar Vagina

Sebenarnya saat melakukan coitus interruptus pria tidak selalu bisa mencabut penisnya langsung dengan tepat. Ada kalanya karena tidak bisa mengendalikan diri, pria jadi melakukan ejakulasi di dalam vagina meski tidak berada di dalam. Jadi, kemungkinan sperma masuk cukup tinggi.

Kita ambil contoh sederhana saja, pria yang melakukan ejakulasi di luar sering menumpahkan spermanya di vulva atau area labia. Mereka beranggapan kalau sperma tumpah di sana tidak akan ada kesempatan untuk pembuahan karena sperma akan mati dengan segera.

Di luar sperma akan mati selama 5-10 menit. Jadi, masih ada kemungkinan sperma yang masuk. Ingat, sperma bisa bergerak karena memiliki motilitas. Meski air mani berada di luar, sperma masih bisa bergerak masuk hingga ke dalam. Bahkan menurut penelitian masih ada kemungkinan hamil.

Waspada sejak awal jauh lebih baik daripada menyepelekan hal-hal yang dianggap biasa. Apalagi saat sedang keenakan, pasangan sering lupa diri dan akhirnya ejakulasi terlanjur terjadi di dalam dan wanita sedang memasuki masa subur. Kehamilan tetap mungkin terjadi meski tidak diinginkan.

Dikhawatirkan kalau terlanjur hamil dan tidak diinginkan, janin yang ada di dalam rahim jadi digugurkan. Kalau memang belum ingin memiliki keturunan, lebih baik melakukan seks yang aman saja. Gunakan pengaman seperti kondom yang lebih aman dan murah.

Apa Risiko Ejakulasi di Luar?

Terlepas dari peluang hamil atau tidak yang cukup kecil, melakukan coitus interruptus sebenarnya tidak disarankan. Meski bisa menunda kehamilan, risiko di bawah ini masih bisa terjadi.

  • Penularan penyakit menular seksual seperti HIV, gonore, dan klamidia. Kalau ada risiko penularan penyakit yang besar, melakukan seks tanpa kondom berisiko memicu penularan. Kecuali Anda dan pasangan yakin sama-sama bersih dan tidak ada infeksi, seks tanpa kondom mungkin tetap aman, meski risiko hamil tetap ada.
  • Kehamilan yang tidak diinginkan menjadi besar kemungkinannya. Cairan pra ejakulasi tetap mengandung sperma. Selama ini banyak orang menganggap kalau cairan pra ejakulasi itu tidak mengandung sperma. Padahal bisa saja sperma itu yang membuahi sel telur tanpa melakukan ejakulasi di dalam.
  • Membuat pasangan jadi menggampangkan seks. Terlebih pada mereka yang sering berganti-ganti pasangan. Asal ejakulasi di luar, penyakit seks tidak akan menular. Asal ada cairan kemaluan yang tertukar, kemungkinan terkena penyakit tetap ada, Tidak harus sampai ejakulasi.
  • Kesadaran untuk melakukan seks yang aman jadi menurun. Hal ini akan sangat berbahaya kalau dilakukan oleh mereka yang tidak paham tentang penyakit atau pasangan yang tidak menikah.

Anda bisa saja melakukan seks jenis ini dengan pasangan resmi untuk menunda kehamilan. Namun, alangkah lebih baik lagi kalau menggunakan pengaman atau kontrasepsi yang membuat seks jadi aman dan tidak berisiko. Kalau memang tidak suka dengan kontrasepsi tertentu bisa pilih yang lain dengan efek samping yang lebih kecil.

Semoga ulasan di atas bisa Anda gunakan sebagai rujukan saat akan berhubungan seks dengan pasangan. Lebih baik melakukan yang aman-aman saja daripada mendapatkan risiko yang besar.

Sumber:

  1. Sutton, Jandra. 2019. 7 FAQs About the Pull Out Method (Withdrawal). https://www.healthline.com/health/healthy-sex/pull-out-method. (Diakses pada 29 September 2019).
  2. Web MD. Pull Out Method (Withdrawal). https://www.webmd.com/sex/birth-control/pull-out-withdrawal. (Diakses pada 29 September 2019).
  3. Planned Parenthood. Withdrawal (Pull Out Method). https://www.plannedparenthood.org/learn/birth-control/withdrawal-pull-out-method. (Diakses pada 29 September 2019).
  4. IPPF. 2018. Myths and facts about… the withdrawal method. https://www.ippf.org/blogs/myths-and-facts-about-withdrawal. (Diakses pada 29 September 2019).

Let’s block ads! (Why?)