Joaquin Phoenix ‘Joker’ Alami Gangguan Makan, Kenali Gejala dan Penyebabnya
By: Date: 4 Oktober 2019 Categories: joaquin phoenix,Kesehatan Mental

Suara.com – Aktor Joaquin Phoenix yang memerankan film Joker ternyata mengalami gangguan psikologis setelah berhasil menurunkan berat badannya hingga 23 kg dalam waktu singkat.

Seperti yang diketahui, Phoenix menurunkan berat badannya demi totalitas bermain dalam film Joker. Sayangnya, usaha Phoenix menurunkan berat badan berdampak pada kesehatan mentalnya.

Pasalnya, Phoenix menjadi obsesif terhadap makanan dan berat badan, menarik diri dari aktivitas sosial, mudah lelah hingga kesulitan konsentrasi.

“Ternyata penurunan berat badan yang ekstrem berdampak pada psikologi Anda dan Anda benar-benar akan menjadi gila ketika kehilangan berat badan sebanyak itu dalam waktu singkat,” kata Phoenix, dikutip dari Insider.

Seorang ahli berpendapat bahwa kondisi Phoenix sekarang ini merupakan tanda-tanda gangguan makan serius yang bisa mengancam jiwa.

Melansir dari Healthline, gangguan makan adalah ganguan mental yang diekspresikan melalui kebiasaan makan tidak normal atau terganggu.

Joaquin Phoenix. (Instagram/@jokermovie)
Joaquin Phoenix. (Instagram/@jokermovie)

Kondisi ini umumnya berasal dari obsesi dengan makanan, berat badan atau bentuk tubuh dan sering mengakibatkan konsekuensi kesehatan serius lainnya.

Bahkan dalam beberapa kasus, gangguan makan bisa mengakibatkan kematian. Tetapi, seseorang dengan gangguan makan biasanya akan mengalami beberapa gejala umum.

Sebagian besar termasuk membatasi asupan makan yang sangat ketat atau memuntahkan kembali makanannya. Biasanya, gangguan makan ini sangat rentan dialami wanita muda, meskipun semua gender dan usia bisa saja mengalaminya.

Lalu, apa penyebab seseorang gangguan makan?

eating disorders, pica, gangguan makan [shutterstock]
Ilustrasi gangguan makan [shutterstock]

Para ahli percaya bahwa gangguan makan bisa disebabkan oleh sejumlah faktor, salah satunya genetika. Studi terbaru menemukan, anak kembar yang dipisahkan atau diadopsi oleh keluarga berbeda meningkatkan risiko gangguan makan pada mereka.

Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa jika salah satu dari mereka mengalami gangguan makan, satu lainnya kemungkinan mengembangkan gejala yang sama sekitar 50 persen.

Selain itu, kepribadian seseorang juga bisa meningkatkan risiko gangguan makan, seperti neurotisme, perfeksionisme dan impulsif. Penyebab lainnya adalah tekanan, preferensi budaha dan media sosial.

Jika Anda melihat gejala-gejala seseorang mengarah pada gangguan makan, sebaiknya segera membawanya ke ahli untuk mengatasinya lebih awal.

Let’s block ads! (Why?)