Terapi Plasma Konvalesen Masih Tahap Uji Klinis – kompas.id
By: Date: 30 Juni 2021 Categories: berita kesehatan,Health,Health Info,healthy tips,Info Sehat,Informasi Kesehatan,kesehatan,Kesehatan Umum,Tips Sehat

Memuat data…


KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Petugas menunjukkan labu darah di Kantor Palang Merah Indonesia Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (21/1/2021). Sejak Oktober 2020, PMI Cirebon juga menerima donor plasma untuk pasien Covid-19. Terapi plasma konvalesen merupakan upaya memberikan donor bagian darah yang mengandung antibodi dari penyintas kepada pasien Covid-19 dengan kondisi berat dan kritis.

JAKARTA, KOMPAS — Di tengah melonjaknya kasus Covid-19, permintaan penggunaan plasma konvalesen terus meningkat. Masyarakat banyak berekspektasi terhadap terapi ini. Namun, berbagai manfaat pengobatan ini, terutama bagi pasien dengan kondisi berat, masih diragukan. Uji klinis plasma konvalesen di Indonesia juga masih berlangsung dan diperkirakan baru selesai pada Desember 2021.

Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman David Handojo Muljono, sebagai peneliti utama dalam uji klinis plasma konvalesen di Indonesia, mengatakan, saat ini plasma konvalesen masih dalam proses uji klinis sehingga belum bisa disimpulkan mengenai efektivitasnya.

”Uji klinis plasma konvalesen yang dilakukan, selain menilai efektivitasnya, juga untuk mengetahui waktu dan cara pemberian yang sesuai,” katanya.

Uji klinik plasma konvalesen yang dilakukan, selain menilai efektivitasnya, juga untuk mengetahui waktu dan cara pemberian yang sesuai. (David Handojo Muljono)

Berbagai studi di luar negeri, menurut David, telah menunjukkan bahwa pemberian plasma konvalesen relatif aman. Namun, terapi ini tidak efektif untuk mengobati pasien Covid-19 dengan gejala berat. ”Maka, uji klinis yang kita lakukan lebih untuk mengevaluasi manfaatnya pada fase sebelum pasien menjadi berat,” katanya.

Saat ini, permintaan plasma konvalesen melonjak tinggi sehingga terjadi kekurangan donor. Ketua Alumni Penyintas Covid-19 Jawa Timur Edy Sukotjo, yang menjadi sukarelawan untuk mengorganisasi donor plasma, mengatakan, antusiasme penyintas dan masyarakat yang ingin donor plasma konvalesen sebenarnya cukup tinggi. Namun, rata-rata calon donor tidak memenuhi persyaratan.

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ialah diutamakan lelaki usia 17-60 tahun, berat badan minimal 55 kilogram, dan memperlihatkan surat hasil tes usap PCR yang menyatakan dua kali negatif. Calon donor juga tidak memiliki penyakit bawaan dan bagi wanita belum pernah hamil.

Donor yang diprioritaskan juga setidaknya pernah mengalami gejala saat terinfeksi Covid-19, di antaranya demam, sesak, batuk, serta diikuti pusing dan diare. Eks pasien bisa mendonor sejak 14 hari dinyatakan sembuh berdasarkan tes PCR atau mendapatkan surat keterangan sembuh. Keterangan ini berlaku kurang dari tiga bulan. Mereka yang baru saja mendapatkan vaksinasi juga belum bisa menjadi donor plasma darah.

Baca juga: Tak Semua Bisa Donorkan Plasma, Penapisan Awal Perlu Dilakukan

Memuat data…


KOMPAS/PMI KOTA KEDIRI

Petugas PMI Kota Kediri, Jawa Timur, tengah melayani proses transfusi plasma darah konvalesen dari seorang penyintas, Rabu (20/1/2021).

Sejumlah Studi

Sejumlah studi di luar negeri telah dilakukan terkait efektivitas plasma konvalesen dalam mengatasi Covid-19. Misalnya, studi Rajendran di Jurnal Medical Virology (2020) menyimpulkan, pasien Covid-19 yang mendapatkan terapi plasma konvalesen tampak aman, efektif secara klinis, dan mengurangi kematian. Namun, studi uji klinis skala besar yang dirancang dengan baik masih harus dilakukan.

Studi Szako dan tim di jurnal BMC Trial (2021) menyimpulkan, terapi plasma konvalesen mungkin bisa menjadi alternatif yang baik untuk mencegah efek negatif Covid-19, tetapi manfaat yang jelas masih belum pasti. Meta-analisis yang lebih prospektif dari uji coba terkontrol secara acak masih perlu dilakukan dalam hal mencegah kematian, dan berapa kebutuhan dan durasi perawatan di unit perawatan intensif, dan kegagalan organ.

Memuat data…

Sejumlah kesimpulan studi yang dilakukan terkait pengobatan plasma konvalesen untuk pasien Covid-19. Sumber: David Handojo, Lembaga Eijkman, 2021.

Namun, kajian Janiaud di JAMA (2021) menyebutkan, pengobatan dengan plasma konvalesen dibandingkan dengan plasebo atau standar perawatan tidak secara signifikan terkait dengan penurunan semua penyebab kematian atau dengan manfaat untuk hasil klinis lainnya. Kepastian buktinya rendah hingga sedang untuk semua penyebab kematian dan rendah untuk hasil lainnya.

Kajian Horby di jurnal Lancet (2021) secara tegas juga menyimpulkan, pada pasien Covid-19 parah yang dirawat di rumah sakit, plasma konvalesen titer tinggi tidak meningkatkan kelangsungan hidup atau hasil klinis lain yang telah ditentukan sebelumnya.

Baca juga: Plasma Penyembuhan, Harapan dan Tantangannya

Dengan belum konklusifnya terapi ini, David berharap pemberian terapi plasma dilakukan sesuai prosedur uji klinis yang benar. Hal ini meliputi kapan harus diberikan dan datanya bisa dievaluasi guna menarik kesimpulan yang akurat. ”Jadi sekarang tahapnya masih uji klinis, belum bisa jadi standar pengobatan,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *