Waspada, Lelaki Idap Disfungsi Ereksi Berisiko Mati Muda
By: Date: 1 April 2020 Categories: impotensi,masalah seks,Masalah seksual,penyebab disfungsi ereksi


Suara.com – Disfungsi ereksi atau impotensi bukan hanya masalah di ranjang.

Dilansir Suara.com dari CNN, masalah disfungsi ereksi juga berarti seorang lelaki memiliki risiko terkena penyakit jantung dan ancaman kematian dini.

Menurut tim peneliti dari Belgia, disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan lelaki mempertahankan atau memunculkan ereksi untuk berhubungan seks.

Disfungsi ereksi lebih banyak terjadi pada laki-laki usia lanjut dan umumnya dikaitkan dengan kadar testosteron yang rendah.

Testosteron sendiri merupkan hormon kunci dalam perkembangan jaringan reproduksi laki-laki dan untuk membangun otot, massa tulang, dan rambut tubuh.

“Kadar testoteron yang rendah sudah cukup sering dikaitkan dengan risiko kematian dini pada lelaki usia lanjut dibandingkan mereka yang memiliki kadar testosteron normal. Akan tetapi hasil dari riset-riset sebelumnya tidak konsisten,” kata Dr Leen Antonio dari KU Leuven-University Hospitals di Belgia.

Dr Antonio adalah ketua peneliti studi baru yang mengkaji hubungan antara kadar hormon dan fungsi seksual pada laki-laki. Ia dan timnya menemukan bahwa sebenarnya kadar testosteron tidak selalu menjadi peringatan besar ketimbang mengidap disfungsi ereksi.

“Baik penyakit jantung dan kadar testosteron rendah dapat memengaruhi fungsi ereksi, gejala seksual bisa menjadi tanda awal dari peningkatan risiko kardiovaskular dan mortalitas,” lanjutnya.

Studi ini mengkaji data dari hampir 2.000 laki-laki berusia antara 40-79 tahun yang berpartisipasi dalam European Male Ageing Study, studi berskala besar yang menginvestigasi perubahan hormonal terkait usia dan penyelesaian masalah kesehatan pada laki-laki lanjut usia antara tahun 2003-2005.

Tanda-tanda seksual peserta termasuk disfungsi ereksi, ereksi di pagi hari, dan libido, diukur melalui kuesioner dan diukur melalui spektrometer massa hormon.

Selama 12 tahun, sekitar 25 persen responden meninggal dunia.

Tim Antonio menemukan bahwa dari lelaki yang meninggal, peserta dengan kadar testosteron normal dan disfungsi ereksi memiliki 51 persen risiko kematian yang lebih tinggi daripada mereka yang tak memiliki keduanya.

Ditambah lagi, laki-laki dengan total testosteron dan tanda-tanda seksual yang rendah memiliki risiko kematian dini lebih besar daripada mereka yang berkadar testosteron normal dan tanpa tanda-tanda seksual.

Hasil studi ini mengindikasikan bahwa secara keseluruhan, mereka dengan tanda-tanda seksual termasuk disfungsi ereksi dan ereksi di pagi hari yang buruk, memiliki risiko kematian dini. Libido yang rendah tidak terkait dengan hal tersebut.

Disfungsi ereksi juga bisa disebabkan oleh penyumbatan arteri yang mengganggu aliran darah ke penis untuk memunculkan ereksi. Inilah mengapa, tak peduli berapa kadar testosteronnya, disfungsi ereksi bisa menjadi tanda risiko penyakit jantung dan kematian dini.

“Ini artinya lelaki dengan atherosclerosis (penumpukan plak di arteri yang mengganggu aliran darah), aliran darah di pembuluh darah penis terganggu lebih awal daripada di arteri koroner,” tambah Antonio.

Penyebab lain dari disfungsi ereksi adalah obat-obatan tertentu, stres dan cemas, gangguan tidur, merokok, konsumsi alkohol, masalah saraf akibat operasi prostat, penyakit, dan kecelakaan.

Antonio menambahkan, disfungsi ereksi bisa dicegah dan diobati dengan mempraktikkan gaya hidup sehat dan jika bisa, menangani faktor risiko penyakit jantung juga seperti merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan obesitas.

“Hal-hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan keseluruhan dan mengurangi risiko mortalitas pada laki-laki yang mengidap disfungsi seksual,” kata Antonio.

Ia melanjutkan, laki-laki yang mengalami tanda-tanda seksual harus ingat bahwa tanda-tanda seksual ini bisa menjadi tanda peringatan awal dari kesehatan yang memburuk.

Maka dari itu penting untuk mendiskusikan masalah seksual dengan dokter untuk mengidentifikasi dan menangani faktor risiko atau penyakit kardiovaskular.

Let’s block ads! (Why?)