10 Fenomena Astronomis 2022: Puncak Meteor Quadrantid, Bulan Purnama Super, dan Gerhana Bulan Total – MSN
By: Date: 31 Desember 2021 Categories: Sains

TRIBUNNEWS.COM – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menginformasikan 10 fenomena astronomis yang akan terjadi sepanjang 2022.

Dikutip dari laman LAPAN, fenomena astronomis tersebut terjadi mulai dari 4 Januari 2022.

Fenomena astronomis yang akan terjadi di antaranya Gerhana Bulan Total, Hujan Meteor Quadrantid dan Perseid, serta Fase Bulan Purnama Super.

Lalu, apa saja fenomena astronomi 2022 dan kapan terjadinya?

Simak rangkuman berikut ini. 

Baca juga: Apa itu Fenomena Hujan Es? Hujan Es sering Terjadi pada Musim Pancaroba yang Didahului Cuaca Panas

1. Puncak Hujan meteor Quadrantid (4 Januari 2022)


Foto hujan meteor Geminid di Portland, Oregon, Amerika Serikat yang diambil oleh Thomas W Earle dikutip situs web Universe Today, Rabu (23/12/2015). (Kompas/http://www.universetoday.com/116641/dont-miss-the-geminids-this-weekend-best-meteor-shower-of-the-year)

© Kompas/http://www.universetoday.com/116641/dont-miss-the-geminids-this-weekend-best-meteor-shower-of… Foto hujan meteor Geminid di Portland, Oregon, Amerika Serikat yang diambil oleh Thomas W Earle dikutip situs web Universe Today, Rabu (23/12/2015). (Kompas/http://www.universetoday.com/116641/dont-miss-the-geminids-this-weekend-best-meteor-shower-of-the-year)

Hujan meteor Quadrantid berasal dari sisa debu asteroid 2003 EH1 dan komet C/1490 Y1.

Pemandangan ini bisa dilihat dari arah Timur Laut pada pukul 04.00 subuh waktu setempat hingga 25 menit sebelum terbitnya Matahari.

Intensitas puncak hujan meteor Quadrantid berkisar antara:

– Sabang (35,8°): 117 meteor/jam

– Pulau Rote (16,3°): 56 meteor/jam

Tanpa cahaya Bulan, fenomena ini dapat kamu nikmati tanpa bantuan.

Pastikan saja langit cerah dan bebas polusi cahaya serta medan padang bebas halangan.

2. Puncak pertemuan Mars dan Saturnus (5 April 2022)

Konjungsi Mars dan Saturnus hanya terpisah 19-20 menit busur (0,2°/0,3°) dan muncul di arah Timur pukul 03.00 dini hari waktu setempat hingga 25 menit sebelum terbitnya Matahari.

Sementara Saturnus berada di magnitudo +0,83, magnitudo Saturnus bervariasi di +1,05 dan +0,99.

Konjungsi Mars dan Saturnus selanjutnya akan kembali pada April 2024 dan 2026!

3. Saturnus, Mars, Venus, Jupiter, dan Bulan bertemu (24-29 April 2022)

Konjungsi kuintet ini dapat disaksikan di arah Timur pada pukul 04.00 subuh waktu setempat (kecuali tanggal 29 yang baru terlihat 75 menit sebelum Matahari terbit).

Ketika fenomena berlangsung, Bulan memasuki Sabit Akhir dengan iluminasi 3,7—45,3 persen.

Kemudian, magnitudo Jupiter berkisar antara -2,11—2,09, Venus di -4,16—4,12, Mars di +0,44—+0,88, dan Saturnus antara +0,80—+0,81.

Baca juga: Penjelasan Ahli Mikroelektronika Soal Fenomena Satpam Tersambar Petir, HT Tak Pengaruhi Sambaran

4. Puncak konjungsi Venus dan Jupiter (1 Mei 2022)

Fenomena ini akan terjadi pukul 03.30 subuh waktu setempat hingga 25 menit sebelum terbitnya Matahari.

Baik magnitudo Venus dan Jupiter sama-sama konstan di -4,11 dan -2,11 masing-masing.

Sebelumnya, puncak konjungsi Venus dan Jupiter pernah terjadi pada November 2018 dan Februari 2021.

Kemungkinan fenomena ini terjadi lagi pada Maret 2023 dan Mei 2024.

5. Okultasi Venus oleh Bulan (27 Mei 2022)

Fenomena okultasi Venus terjadi ketika Bulan sedang di fase Sabit Akhir dengan iluminasi 10,3—10,6 persen.

Okultasi Venus terjadi pada pagi ke siang hari, untuk wilayah Indonesia, maka hanya dapat dilihat dengan alat bantu.

Diperkirakan okultasi Venus akan terlihat sejak pukul 9 pagi waktu setempat, kota Mukomuko di Bengkulu dapat menikmati okultasi Venus paling lama, yaitu 1 jam 49 menit.

Adapun kota tersingkat yang dapat melihat fenomena ini adalah Manokwari, Papua Barat.

Manokwari hanya mendapat durasi 22 menit dan baru terlihat pada pukul 01.12 siang waktu setempat.

6. Fase “Bulan Purnama Super” (14-15 Juni 2022) dan (13-14 Juli 2022)


Ilustrasi bulan purnama (treehugger.com)

© Disediakan oleh tribunnews.com Ilustrasi bulan purnama (treehugger.com)

Bulan Purnama Super dapat disaksikan sebelum Matahari tenggelam hingga setelah Matahari terbit di arah Tenggara sampai Barat Daya.

Diperkirakan puncak Bulan Purnama Super terjadi pada 14 Juni pada pukul 06.51 malam waktu setempat di jarak 357.658 kilometer.

Kemudian terjadi lagi pada 14 Juli, pukul 01.37 malam waktu setempat dengan jarak 357.416 kilometer.

7. Okultasi Uranus oleh Bulan (25 Juni 2022)

Okultasi Uranus terjadi ketika Bulan sedang di fase Sabit Akhir dengan iluminasi 15,2—15,3 persen.

Fenomena ini terjadi sebelum hingga setelah Matahari terbit, sehingga membutuhkan alat khusus untuk menyaksikannya.

Okultasi Uranus terlama akan terjadi di Manokwari, Papua Barat sejak pukul 05.23 pagi waktu setempat selama 1 jam 19 menit.

Sementara, okultasi tersingkat terjadi di Balikpapan, dengan durasi 16 menit sejak pukul 04.30 subuh waktu setempat.

8. Puncak hujan meteor Perseid (13-14 Agustus 2022)

Hujan meteor Perseid diperkirakan turun dengan intensitas 100 meteor/jam dan berasal dari sisa debu komet 109P/Swifts-Tuttle.

Intensitas hujan meteor Perseid, yaitu:

– Sabang (37,8°): 61 meteor/jam

– Pulau Rote (20,9°): 36 meteor/jam

Hujan meteor Perseid dapat disaksikan pada pukul 11 malam (Sabang) dan 1 malam (Pulau Rote) hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.

Kemungkinan hujan meteor Perseid tetap dapat disaksikan kasat mata meski terhalang sinar Bulan.

Baca juga: Curah Hujan Tinggi, 150 KK Terdampak Banjir di Lampung Timur

9. Gerhana Bulan Total (8 November 2022)


Gerhana bulan total terlihat dari Jembatan Gantung Sungai Citarum, Desa Rancamanyar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/5/2021). (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

© Disediakan oleh tribunnews.com Gerhana bulan total terlihat dari Jembatan Gantung Sungai Citarum, Desa Rancamanyar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/5/2021). (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

Gerhana Bulan terjadi ketika Bulan, Bumi, dan Matahari berada dalam satu garis lurus.

LAPAN memperkirakan waktu dan wilayah untuk mengamati tahapan gerhana Bulan total, sebagai berikut:

1. Awal Penumbra (03.02 siang waktu setempat): Tidak bisa diamati di Indonesia

2. Awal Sebagian (04.09 sore waktu setempat): Papua, Papua Barat, Pulau Seram, Pulau Halmahera, Kepulauan Aru, Kepulauan Kei, dan Kepulauan Tanimbar

3. Awal Total (05.16 sore waktu setempat): Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi, NTT, NTB, Bali, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kapuas Hulu

4. Puncak Gerhana (06.00 petang waktu setempat): Seluruh Indonesia, kecuali Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu

5. Akhir Total (06.41 malam waktu setempat): Seluruh Indonesia

6. Akhir Sebagian (07.49 malam waktu setempat): Seluruh Indonesia

7. Akhir Penumbra (08.56 malam waktu setempat): Seluruh Indonesia

Fenomena gerhana Bulan total akan menyebabkan pasang air laut jadi lebih tinggi.

10. Puncak hujan meteor Geminid (14-15 Desember 2022)

Hujan meteor Geminid berasal dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon.

Fenomena ini dapat disaksikan di arah Timur Laut pada pukul 20.30 hingga Barat Laut 25 menit sebelum Matahari terbit.

Intensitas puncak hujan meteor Geminid yaitu:

– Sabang (63°): 107 meteor/jam

– Pulau Rote (46°): 86 meteor/jam

Hujan meteor Geminid dapat disaksikan dengan mata telanjang.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Fenomena Astronomis 2022