3 Pengobatan OCD yang Paling Efektif!
By: Date: 27 Desember 2019 Categories: Kesehatan Umum,mental,OCD
pengobatan-OCD-doktersehat

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah salah satu gangguan kecemasan dimana penderitanya melakukan sesuatu secara berulang-ulang (kompulsi) untuk memastikan bahwa hal tersebut sudah benar atau sesuai dengan obsesinya. Ketahui apa itu OCD, pengobatan OCD, cara mengatasi penyakit ocd, dll.

Apa Itu OCD?

OCD adalah kependekan untuk Obsessive-Compulsive Disorder, yaitu penyakit mental dimana penderitanya memiliki sensasi, pikiran, ide, dan perasaan yang tidak diinginkan namun kemudian menjadi obsesi, serta dilakukan secara berulang-ulang atau disebut juga dengan kompulsi. 

Sebagai contoh, seseorang yang memiliki OCD terhadap kebersihan akan merasa cemas apabila menyentuh kuman. Maka, orang tersebut akan mencuci tangan berkali-kali agar tangannya tetap bersih walaupun sebenarnya dia tidak terpapar kuman hanya karena memegang benda-benda umum di sekitarnya. 

Orang tersebut tidak ingin melakukannya, tapi rasa cemasnya tidak dapat berhenti sampai dia mencuci tangan hingga 8 kali atau lebih untuk sekedar memastikan bahwa tangannya sudah bersih. 

Dokter Jati Satriyo memberikan contoh gejala OCD lainnya, misalnya rasa cemas untuk mengecek apakah sudah mengunci pintu rumah yang padahal sudah dicek berkali-kali sebelumnya, atau merapikan suatu benda berkali-kali yang padahal sudah rapi. Hubungan antara rasa cemas dan perilaku untuk melakukan sesuatu secara berulang itulah yang dimaksud dengan gejala OCD. 

Secara umum, perilaku ini mungkin hampir mirip dengan sifat perfeksionis terhadap sesuatu, namun gejala OCD dapat mengganggu pekerjaan, kehidupan sosial, atau aspek lain kehidupan karena penderita OCD terlalu fokus pada rasa cemas dan perilaku kompulsif tersebut yang dapat mengendalikan hidupnya dan membuatnya merasa lelah sendiri. 

Baca Juga: OCD: Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Pengobatan

Pengobatan OCD

Tidak ada obat untuk OCD dan gangguan mental ini mungkin tidak dapat disembuhkan begitu saja, namun dokter Anda biasanya akan memberikan rekomendasi psikolog, psikiater, atau pekerja sosial untuk membantu Anda meredakan gejala OCD melalui terapi dan pengobatan lainnya. 

Menurut dr. Jati Satriyo, rekomendasi pengobatan OCD yang paling umum adalah terapi perilaku kognitif (CBT), exposure and response prevention (ERP), dan obat-obatan antidepresan, sebagai berikut: 

1. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah jenis psikoterapi untuk berbagai gangguan mental, salah satunya adalah untuk mengatasi OCD. OCD memiliki siklus yaitu obsesi, kegelisahan, kompulsi, dan kelegaan. Dalam terapi perilaku kognitif, Anda akan dibimbing untuk mengubah siklus tersebut menjadi sesuatu hal positif yang lebih sederhana dan produktif. 

Terapis akan membuat situasi dimana Anda dihadapkan pada pemicu OCD Anda, lalu Anda harus menggantikan pola pikir obsesi itu untuk tidak melakukan perilaku kompulsi tersebut agar Anda lega. 

Sebagai contoh, bila biasanya Anda harus bolak-bolak 10 kali mencuci tangan Anda setelah memegang gelas, maka kali ini Anda harus menahan diri Anda untuk mengurangi perilaku kompulsi tersebut menjadi 8 kali, dan semakin berkurang setelah beberapa kali terapi, hingga gejala benar-benar membaik.

Dokter Jati Satriyo juga menyampaikan bahwa cara mengatasi penyakit OCD ini juga ditekankan pada pengelolaan kecemasan Anda dan bagaimana Anda mengubah perspektif Anda bahwa menyentuh gelas tersebut tidak akan membuat tangan Anda terpapar kuman dan kotor. 

2. Terapi Pencegahan Paparan dan Respons (ERP)

Terapi dengan paparan atau exposure and response prevention (ERP) adalah jenis terapi perilaku kognitif (CBT) yang lebih spesifik. 

Dalam terapi ini, terapis Anda akan membantu Anda mengidentifikasi hal-hal apa saja yang memicu gejala OCD Anda. Setelah mengetahuinya, Anda akan dipaparkan oleh pemicu gejala OCD tersebut hingga Anda belajar bagaimana cara mengatasinya selain dengan melakukan perilaku kompulsi.

Sebagai contoh, apabila pemicu OCD Anda adalah benda-benda kotor, maka terapis akan memaparkan benda kotor pada Anda secara bertahap sehingga Anda belajar cara-cara baru dan sehat untuk mengatasi kecemasan terhadap benda kotor tersebut tanpa harus melakukan perilaku kompulsi atau disebut juga dengan ritual OCD. 

Selanjutnya, Anda mungkin akan mempunyai pemikiran baru bahwa benda kotor tersebut tidak berbahaya bagi Anda dan dapat dibersihkan hanya dalam satu kali cuci sehingga Anda tidak perlu cemas lagi. 

Terapi pencegahan paparan dan respons (ERP) ini adalah salah satu praktik pengobatan OCD yang paling efektif sehingga Anda dapat mengurangi gejala cemas, mengelola obsesi, dan pemicu OCD Anda. 

Baca Juga: 8 Jenis Gangguan Kecemasan yang Harus Diwaspadai

3. Obat-Obatan Antidepresan 

Pengobatan OCD yang selanjutnya adalah obat-obatan antidepresan yang berperan untuk mengurangi kecemasan yang memicu OCD. Dokter Jati Satriyo menekankan bahwa obat-obatan ini bukan untuk menyembuhkan OCD secara langsung, namun hanya meredakan gejala OCD. 

Umumnya, dokter akan meresepkan obat antidepresan yang sesuai dengan kondisi dan gejala gangguan kesehatan mental Anda. Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), berikut ini adalah cara mengatasi obsessive compulsive disorder dengan rekomendasi obat untuk mengatasi OCD, yaitu: 

  • Clomipramine
  • Fluoxetine
  • Fluvoxamine
  • Paroxetine
  • Sertraline

Obat-obatan tersebut mungkin harus dikonsumsi bersamaan dengan terapi secara rutin, atau dapat diminum tanpa terapi sesuai dengan seberapa parah gejala dan ciri OCD yang Anda alami. Dokter mungkin akan meresepkan obat antidepresan dengan obat psikiatrik lainnya sebagai cara mengatasi penyakit ocd. 

Perawatan OCD Lainnya 

Beberapa gejala OCD yang parah tidak merespon obat antidepresan dan terapi psikologi dengan baik sehingga mungkin membutuhkan perawatan OCD lainnya, yaitu: 

  • Stimulasi Otak Dalam: Berupa elektroda yang ditanam di otak melalui operasi untuk mengobati gangguan neurologis
  • Terapi Elektrokonvulsif: Terapi kejut listrik agar otak Anda melepaskan hormon serotonin untuk mengatasi gangguan kesehatan mental 

Tujuan dari pengobatan OCD ini adalah untuk melatih otak dalam mengelola gejala OCD dan mengontrol diri Anda secara emosional dan mental. 

Baca Juga: Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder): Penyebab, Gejala, Penanganan

Tips Mengatasi OCD 

Selain cara mengatasi gangguan OCD yang sudah disebutkan, berikut ini adalah tips mengatasi OCD menurut dr. Jati Satriyo, yaitu: 

  • Menyadari bahwa Anda menderita OCD 
  • Memahami faktor apa saja yang memicu gejala OCD dan membuat Anda melakukan sesuatu secara berulang-ulang 
  • Menjaga kesehatan mental Anda dengan pola hidup sehat yaitu berolahraga yang rutin untuk melepaskan hormon serotonin 
  • Mengkonsumsi makanan sehat dan tidur yang cukup 
  • Meminta dukungan emosional pada keluarga, teman, atau lingkungan yang mengerti tentang OCD 
  • Membuat catatan atau jurnal untuk mengontrol ritual OCD atau perilaku kompulsi ini 

Jurnal ini digunakan untuk mencatat sudah berapa kali Anda merapikan suatu barang bila Anda memiliki OCD terhadap kerapian. Selanjutnya bila Anda masih merasa cemas untuk merapikan benda itu lagi, lihat catatan Anda lalu kontrol diri Anda untuk tidak melakukannya lagi. 

Itulah pembahasan tentang rekomendasi pengobatan OCD, namun cara-cara mengatasi OCD tersebut tidak akan berhasil apabila penderita tidak mampu mengontrol dirinya hingga gejala OCD mengganggu kehidupannya sehari-hari. 

Apabila gejala OCD Anda semakin parah, sebaiknya segera hubungi dokter mengingat beberapa kondisi OCD mungkin membutuhkan perawatan seumur hidup. Semoga informasi kesehatan ini bermanfaat bagi Anda dalam mengetahui cara mengatasi obsessive compulsive disorder. 

Sumber: 

  1. Mayo Clinic. 2016. Obsessive-compulsive disorder (OCD). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obsessive-compulsive-disorder/diagnosis-treatment/drc-20354438. (Diakses pada 27 Desember 2019).
  2. WebMD. 2018. What Are the Treatments for OCD?. https://www.webmd.com/mental-health/understanding-obsessive-compulsive-disorder-treatment#1. (Diakses pada 27 Desember 2019).

Let’s block ads! (Why?)