Abortus Spontan, Keguguran yang Tak Diketahui Sebabnya
By: Date: 10 Oktober 2023 Categories: Ibu Hamil,keguguran,komplikasi kehamilan,mengatasi keguguran

Keguguran menjadi salah satu masalah yang tidak diinginkan dan sering kali terjadi pada awal masa kehamilan. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut sebagai abortus spontan. Simak lebih dalam mengenai komplikasi kehamilan ini melalui pembahasan berikut.

Apa itu abortus spontan?

Abortus spontan adalah kematian embrio atau janin dalam kandungan yang terjadi tiba-tiba dan tanpa didahului oleh faktor-faktor medis tertentu.

Kondisi yang kebanyakan orang awam kenal sebagai keguguran ini terjadi pada usia kehamilan 20 minggu atau sebelum lima bulan.

Sebuah artikel dalam jurnal Obstetrics & Gynecology (2018) menyebutkan bahwa sekitar 10–15% kehamilan berakhir dengan keguguran atau abortus spontan.

Sebanyak 25% dari kasus ini terjadi selama trimester pertama. Persentase kasus mungkin bisa lebih tinggi sebab beberapa keguguran disalahartikan sebagai menstruasi yang terlambat.

Perlu Anda pahami bahwa kebanyakan kasus abortus spontan terjadi secara alami ketika janin berhenti tumbuh sehingga sering kali berada di luar kendali Anda.

Anda dapat mencegah komplikasi dari kondisi ini dengan menjauhi faktor risikonya. Bicarakan dengan dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Penyebab abortus spontan

mitos keguguran

Lebih dari 50% kasus abortus spontan disebabkan oleh kelainan kromosom. Kromosom adalah struktur dalam sel tubuh yang berfungsi menyimpan karakteristik genetik setiap manusia.

Ketika sel telur dan sperma bergabung selama pembuahan, dua set kromosom juga bergabung.

Apabila keduanya memiliki jumlah kromosom yang lebih banyak atau sedikit dari seharusnya, hal ini bisa membuat janin mendapatkan kromosom yang abnormal.

Kelainan dalam proses inilah yang menyebabkan abortus spontan. Sebagian besar kelainan ini terjadi secara kebetulan dan tidak sepenuhnya diketahui penyebab pastinya.

Selain kelainan kromosom, beberapa faktor yang meningkatkan risiko abortus spontan yaitu:

  • hamil di atas usia 35 tahun,
  • memiliki riwayat keguguran pada kehamilan sebelumnya,
  • gaya hidup buruk, seperti merokok, minum alkohol, dan memakai narkoba, 
  • mengalami kondisi atau penyakit kronis yang tidak terkontrol, misalnya hipertensi, diabetes, dan gangguan tiroid,
  • infeksi penyakit TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes simplex virus),
  • kelainan pada rahim atau leher rahim, seperti inkompetensi serviks
  • ketidakseimbangan hormonal,
  • gangguan pada sistem kekebalan tubuh, dan
  • riwayat trauma atau kecelakaan pada ibu hamil.

[recommendation title=”Perhatian!”]

Perlu dipahami bahwa penyebab abortus spontan sering kali tidak diketahui secara jelas. Oleh karena ini, kondisi ini dapat terjadi tiba-tiba tanpa didahului oleh faktor-faktor tertentu.

[/recommendation]

Penanganan abortus spontan

keguguran berulang

Apabila Anda mengalami abortus spontan yang tidak mengancam nyawa, dokter biasanya akan menyarankan untuk istirahat sampai perdarahan dan rasa sakit hilang.

Setelah gejala mereda dan jaringan janin keluar secara alami, dokter akan menganjurkan Anda untuk melakukan kuretase untuk menghilangkan sisa jaringan yang tertinggal dalam rahim.

Untuk mempercepat pembersihan rahim ini, dokter Anda bisa meresepkan obat-obatan tertentu.

Obat ini dapat diberikan melalui vagina (intravaginal) maupun dengan diminum (oral). Biasanya, obat intravaginal lebih efektif dan mampu mengurangi efek samping, seperti mual dan diare.

Dengan menggunakan obat dan melakukan prosedur kuretase, rahim Anda akan terbebas dari sisa jaringan yang berisiko menimbulkan komplikasi bila tidak dibersihkan.

Setelah melakukan prosedur ini, umumnya menstruasi akan kembali dalam waktu 4–6 minggu.

Sebagian wanita dan pasangannya mungkin merasa sangat sedih, cemas, dan bersalah dalam beberapa minggu atau bulan setelah mengalami aborsi spontan.

Dokter bisa menyarankan Anda untuk melakukan konseling psikologis dan menemui kelompok pendukung (support group) bila diperlukan.

https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/prenatal/memulihkan-diri-setelah-keguguran/

Komplikasi abortus spontan

Munculnya flek atau bercak darah adalah gejala yang biasanya muncul setelah abortus spontan.

Anda mungkin merasakan rasa tidak nyaman dan nyeri ringan setelah prosedur kuretase. Untuk meredakannya, dokter Anda akan meresepkan obat pereda nyeri.

Komplikasi biasanya terjadi karena infeksi yang diakibatkan oleh masih adanya sisa jaringan janin yang tertinggal dalam rahim. 

Beberapa tanda-tanda infeksi yang perlu Anda waspadai, di antaranya:

  • perdarahan hebat atau makin parah,
  • tubuh panas dingin atau meriang,
  • demam tinggi, dan
  • nyeri dan rasa sakit yang tidak tertahankan.

Selama melakukan pemulihan di rumah, dokter mungkin akan menyarankan untuk menghindari aktivitas fisik yang berat dan berhubungan intim.

Hindari memasukkan jari atau benda-benda lain, termasuk tampon atau mainan seks, ke dalam vagina setidaknya selama dua minggu setelah keguguran. 

Dokter juga akan menjadwalkan janji temu lanjutan guna memantau perkembangan pemulihan dan apakah terdapat risiko komplikasi yang mungkin Anda alami.

[key-takeaways title=”Kesimpulan”]

  • Abortus spontan adalah kematian embrio atau janin dalam kandungan tanpa didahului oleh faktor medis tertentu.
  • Kondisi ini biasanya terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu atau sekitar lima bulan.
  • Lebih dari 50% kasus ini disebabkan oleh kelainan kromosom, sedangkan faktor risiko lainnya antara lain usia ibu, gaya hidup, infeksi, dan kondisi medis kronis.
  • Jika Anda mengalami perdarahan yang tidak biasa ketika mengusahakan kehamilan, segera periksakan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

[/key-takeaways]

Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.

https://wp.hellosehat.com/kehamilan/kandungan/masalah-kehamilan/abortus-spontan/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=rss