Bersimbah Darah Habis Perang Pandan, Seketika Sembuh Berkat Obat Tradisional Tenganan – Lenteraesai.id
By: Date: 16 Juli 2022 Categories: healthy tips,herbal,obat alami,obat tradisional,terapi,Tips Sehat

Karangasem, LenteraEsai.id – Desa Tenganan Dauh Tukad adalah salah satu desa Bali Aga yang terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Wilayah ini masih satu desa dinas dengan Desa Tenganan Pegringsingan,  yang pada Jumat (15/7/2022) siang menyelenggarakan Usaba Sambah yang diakhiri dengan perang pandan. Di mana ritual ini diperuntukkan sebagai persembahan kepada Dewa Indra selaku dewa perang.

Ditemui pewarta LenteraEsai.id, tokoh Desa Tenganan Jro Putu Ardana mengisahkan, sejarah Desa Tenganan Dauh Tukad seperti yang dikisahkan pemimpin di desa itu bernama Ki Dukuh Mengku, penduduknya pada zaman dulu sempat diminta untuk menjadi abdi sebagai tukang kurung ayam di Kerajaan Gelgel, tapi ditolak.

Karena penolakan itu diutuslah prajurit kerajaan untuk memerangi atau menggempur Desa Tenganan Dauh Tukad, sehingga penduduk asli pedukuhan Tenganan Dauh Tukad yang berkumpul di Pura Puseh digempur dari pintu timur, dan berhasil lolos di pintu barat sampai akhirnya meninggalkan desa menuju arah barat melewati bukit hingga kumudian tiba dan menetap di sebelah selatan Desa Ngis.

Setelah menetap di Desa Ngis, mereka kemudian membentuk komunitas dan membuka ‘karang’ atau lahan pemukiman yang akhirnya disebut Desa Pekarangan. Dari situlah asal muasal kenapa Pura Puseh Desa Tenganan Dauh Tukad sampai sekarang berpintu dua.

Jro Putu Ardana mengisahkan, timbulnya peperangan saat itu membuat ayahanda Ki Dukuh Mengku yang bergelar Dukuh Sakti Amangkurat yang mepesraman dan sekarang berstana di Pura Rambut Tiding marah dan murka. Beliau berkata, kalau perang tidak dihentikan gunung di sebelah barat akan runtuh dan longsor ke desa itu.

Mendengar wejangan tersebut, perang pun terhenti, hingga kemudian ada titah atau bisama yang menekankan, barang siapa yang menetap di Desa Tenganan harus mengikuti aturan atau dresta yang ada di Desa Tenganan Dauh Tukad.

Semenjak itulah terjadi akulturasi dan percampuran budaya dan ritual keagamaan, di mana yang bergelar Gusti di desa itu ketebah atau disamakan, dan segala upacara ritul lama masih dipertahankan seperti megeret pandan dan upacara yang lainnya, ujarnya.

Megeret atau perang pandan dengan duri daun pandan yang tajam, kemudin rutin digelar sampai sekarang, yakni setiap dilakukan upacara Usaba Sambah yang diikuti oleh masyarakat, pemuda dan juga ‘tamiu’ dari Desa Tenganan Pegringsingan dan Desa Adat Pekarangan.

Dalam perang pandan tidak ada pantangan untuk peserta, cuma untuk aturan main ditetapkan oleh para tokoh masyarakat dan para pemimpin desa adat setempat. Pelaksanaan perang juga ditetapkan untuk diiringi tetabuhan gong, ucapnya.

Seperti perang pada umumnya, tak jarang diwarnai tengah adanya korban yang terluka dengan tetesan darah segar. Namun demikian, berbeda dengan luka dan darah yang timbul usai para ‘prajurit’ mengikuti perang pandan.

Para ‘prajurit’ yang terluka dengan mengucurkan darah, dalam waktu yang tidak lama sudah tidak menanggung kesakitan lagi setelah diolesi atau dibalur dengan obat tradisional yang diracik dan diolah oleh para daha dari Desa Tenganan Pegringsingan.

Obat penyembuh luka bekas goresan duri daun pandang itu merupakan hasil racikan yang diwarisi para daha atau gadis Tenganan secara turun-temurun. Adapun bahan yang digunakan meliputi cuka dicampur dengan parutan inan kunyit dan lengkuas, di mana ramuan ini sudah terbukti sebagai obat antiseptik yang sangat ampuh dan dapat menyembuhkan luka dalam waktu tergolong singkat.

“Jadi begitu peserta perang pandan usai saling geret duri pandan di arena atau panggung peperangan, langsung diolesi ramuan yang dibuat oleh para daha, dan seketika itu pula darah terhenti mengucur dan luka pun mengering,” ujar Jro Putu Ardana mengungkapkan kemanjuran obat tradisional di Desa Tenganan Dauh Tukad.  (LE-KR)