Dugaan Hepatitis Akut Turun Jadi 22 Kasus, 2 Pulang Paksa | merdeka.com – Merdeka.com
By: Date: 8 Juni 2022 Categories: berita kesehatan,Health,Health Info,kesehatan

Merdeka.com – Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril mencatat kasus dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya berkurang. Data 5 Juni 2022 mencapai 29, kini turun menjadi 22.

“Data harian per tanggal 7 Juni 2022 pukul 16.00 WIB, jumlah kasus total 22 pasien,” jelasnya kepada merdeka.com, Rabu (8/6).

taboola mid article

Dia merinci klasifikasi 22 kasus tersebut. Tercatat 9 di antaranya probabel dan 13 pending classification.

Syahril juga menjelaskan status 22 pasien yang diduga berkaitan dengan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Sebanyak 6 meninggal (3 probable, 3 pending classification) dan 8 masih dirawat (3 probable, 5 pending classification).

Kemudian 6 sembuh atau dipulangkan (3 probable, 3 pending classification) dan 2 pulang paksa (2 pending classification).

“Pulang paksa itu istilah medis. Artinya, pasien atau keluarga minta pulang atas kemauan sendiri atau tidak mau dirawat lagi,” jelasnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya tidak menimbulkan klaster. Kesimpulan ini berdasarkan penyebaran kasus di dunia.

“Ini di seluruh dunia tidak teridentifikasi adanya klaster,” ucapnya pada pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di Kepulauan Riau, Rabu (18/05).

2 dari 2 halaman

Budi menilai penyebaran hepatitis akut sangat lambat. Inilah yang membuat penyakit itu tidak memicu adanya klaster. Sangat berbeda dengan penularan Covid-19 yang sangat cepat.

“Contoh misalnya satu ada kena di sini, kalau klaster itu dua hari lagi, sini, sini, sini, kena. Sehari lagi begitu kena. Artinya apa? Penularannya itu cepat. Ini tidak,” jelasnya.

Melambatnya penularan hepatitis akut bisa dilihat di Indonesia. Budi menyebut, kasus hepatitis akut di Tanah Air hanya belasan. Padahal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan adanya hepatitis akut di dunia sejak April 2022.

“Ini enggak langsung cepat meledak. Ini cuma ada beberapa belas kok di Indonesia,” ucapnya.

[eko]