Genjot Vaksinasi Agar Indonesia Bebas Rabies 2030 – kompas.id
By: Date: 20 November 2021 Categories: berita kesehatan,Health,Health Info,kesehatan


Memuat data…


KOMPAS/RIZA FATHONI

Petugas medis dari Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Dinas Ketahanan, Pertanian dan Perikanan Kota Administrasi Jakarta Selatan menyuntikkan vaksin antirabies di RPTRA Taman Mandala, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (31/10/2020). Vaksin yang diberikan secara gratis itu untuk menghindari dan mengantisipasi penyebaran penyakit rabies kepada hewan peliharaan.

JAKARTA, KOMPAS – Tingkat vaksinasi antirabies menurun selama pandemi Covid-19. Padahal, bila 70 persen anjing atau hewan penular rabies di suatu wilayah berhasil divaksinasi, maka penyebaran penyakit bisa dicegah. Vaksinasi mesti digenjot agar Indonesia bebas rabies pada 2030.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, kasus gigitan hewan penular rabies turun beberapa tahun terakhir. Jumlah kasus gigitan pada 2019 mencapai 100.826 kasus, lalu turun menjadi 82.634 kasus pada 2020. Hingga Oktober 2021, ada 42.450 kasus gigitan hewan penular rabies.

Adapun cakupan vaksinasi antirabies ikut turun, yakni 67.625 vaksinasi (2019), 56.797 vaksinasi (2020), dan 30.776 vaksinasi (Oktober 2021). Jumlah kematian akibat rabies 105 kasus (2019), 40 kasus (2020), dan 40 kasus (Oktober 2021).

Memuat data…

Sementara itu, Kemenkes mencatat ada 100-156 kematian per tahun akibat rabies. Pada 2017 hingga Oktober 2021, ada 381.281 kasus gigitan dan 407 kematian akibat rabies.

“Kami harap pemerintah Indonesia serius menanggapi situasi rabies,” ucap Guru Besar Bidang Ilmu Virologi dan Imunologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Suwarno pada diskusi daring yang digelar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Sabtu (20/11/2021). “Jika tidak ditangani serius, kematian pada manusia akan berjalan sepanjang waktu,” tambahnya.

Baca juga: Tewasnya Siswa di Ende Akibat Gigitan Anjing Rabies Ancam Pariwisata Flores

Vaksinasi

Rabies adalah penyakit zoonosis—penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia—yang bisa diatasi dengan vaksinasi. Untuk mencapai kekebalan komunitas, cakupan vaksinasi ke hewan di suatu wilayah harus mencapai 70 persen. Namun, kata Suwarno, rata-rata cakupan vaksinasi di Indonesia masih sekitar 40 persen.

Salah satu kendala vaksinasi adalah anjing sulit ditangkap. Anjing menjadi target vaksinasi karena 98 persen kasus di Indonesia ditularkan oleh anjing, sementara dua persen lainnya oleh kera dan kucing.


Memuat data…


Kompas/Priyombodo

Petugas memberikan vaksin rabies ke anjing peliharaan warga di RW 06, Kelurahan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Selasa (24/11/2020). Kegiatan vaksinasi rabies gratis yang terbuka untuk umum ini dilakukan guna menciptakan Jakarta sebagai daerah bebas rabies. Antusias warga cukup tinggi datang ke tempat pelaksanaan vaksin di tengah pandemi Covid-19 dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Kompas/Priyombodo (PRI)24-11-2020

Kendala lainnya adalah populasi anjing yang dinamis, lalu lintas hewan antarprovinsi atau antarnegara masih tinggi, serta konsumsi daging anjing. Selain itu, vaksinasi terkendala ketiadaan data pasti populasi anjing maupun hewan penular rabies.

Keberadaan anjing yang dilepasliarkan juga menyulitkan vaksinasi. Kondisi itu juga menghambat pengawasan lalu lintas hewan hingga pengendalian populasi.

Vaksinasi berperan penting untuk penanggulangan, pengendalian, dan pencegahan rabies. Vaksinasi rabies pada hewan bisa menghentikan penyebaran virus rabies. Sementara itu, vaksinasi pada manusia bisa menyelamatkan jiwa dari infeksi virus.

“Vaksinasi berperan penting untuk penanggulangan, pengendalian, dan pencegahan rabies. Vaksinasi rabies pada hewan bisa menghentikan penyebaran virus rabies. Sementara itu, vaksinasi pada manusia bisa menyelamatkan jiwa dari infeksi virus,” ucap Suwarno.

Baca juga: Indonesia Optimistis Bebas Rabies di Tahun 2030 dengan Vaksin Dalam Negeri

Ketua Umum PDHI Muhammad Munawaroh mengatakan, pemerintah belum serius menangani rabies. Padahal, Indonesia menargetkan bebas rabies pada 2030. Berkaca dari penanganan pandemi Covid-19, ia mendorong agar vaksinasi rabies juga digenjot.

“Rabies perlu ditangani secara serius. Jika tidak, ini hanya akan menjadi slogan,” katanya.


Memuat data…


Kompas/Bahana Patria Gupta

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri) menyerahkan kartu vaksin saat vaksinasi rabies gratis pada peringatan Hari Rabies 2021 di Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Jawa Timur, Surabaya, Jumat (10/8/2021). Pada kesempatan yang sama, Mentan Syahrul meluncurkan dua vaksin dan satu serum hasil penelitian Pusvetma. Mulai vaksin untuk rabies, vaksin flu burung hingga serum flu babi. Kagiatan juga dilakukan vaksinasi rabies gratis untuk 400 hewan.

Pencegahan

Sekretaris Komite Rabies Flores Lembata Asep Purnama khawatir bahwa turunnya tingkat vaksinasi bakal berpengaruh ke lonjakan kasus rabies di masa depan. Selain vaksinasi ke hewan, orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi rabies perlu segera divaksinasi.

Orang-orang berisiko tinggi seperti dokter hewan, peneliti virus rabies, pekerjaan yang berkaitan dengan satwa, hingga orang yang hendak bepergian ke daerah endemik rabies. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Samsuridjal Dzauji mengingatkan bahwa vaksinasi harus dilakukan secara teliti.


Memuat data…


Kompas/Totok Wijayanto

Warga bersama kucing peliharaannya antre untuk mendapatkan vaksin rabies yang diberikan oleh petugas Sudin KPKP dan Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan Jakarta Barat di RW 03, Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (8/9/2021). Vaksinasi yang sempat terhenti karena PPKM darurat tersebut mulai digelar kembali sekaligus untuk menyambut hari rabies sedunia 2021.

Baca juga: Endemi Rabies di Tengah Pandemi Covid-19

Hingga kini, di Indonesia baru ada delapan provinsi yang bebas rabies. Mereka adalah Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua, dan Papua Barat.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Didik Budijanto, pemerintah mengembangkan e-Zoonosis, yaitu sistem unutk memantau dan mengevaluasi penyakit zoonosis. Ada tujuh penyakit yang dicatat sistem ini, salah satunya rabies.