Hati-hati, Debu di Dalam Rumah Bisa Picu Resistensi Antibiotik
By: Date: 25 Februari 2020 Categories: Hidup Sehat,patogen,resisten obat,resistensi antibiotik

Tanpa disadari, setiap harinya tubuh terpapar dengan debu, polusi, dan partikel-partikel di udara yang berpotensi membawa penyakit. Berbagai patogen itu  menempel di permukaan kulit dan baju lalu ikut terbawa ketika Anda pulang ke rumah. Nah, ternyata patogen dari luar yang bercampur dengan debu dan partikel-partikel di dalam rumah bisa memunculkan bakteri yang bisa memicu resistensi terhadap antibiotik. Bagaimana penjelasannya?

Debu dapat mengandung bakteri yang memicu resistensi terhadap antibiotik

debu resisten antibiotik

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dari Northwestern University memperlihatkan adanya kemungkinan bakteri yang tinggal pada debu dalam rumah dapat menyebarkan gen yang memicu resistensi antibiotik.

Memang, kebanyakan bakteri biasanya tidak berbahaya. Namun, dari studi yang diterbitkan pada Januari 2020 dalam jurnal PLOS Pathogens tersebut, bakteri yang tidak berbahaya bisa memperoleh resistensi antibiotik dengan percampuran bakteri dari luar. Hal tersebut mengakibatkan kuman yang tadinya dapat diobati menjadi kebal terhadap antibiotik konvensional.

Penelitian dilakukan dengan mengambil 40 sampel debu dari berbagai tempat yang memiliki sarana berbeda seperti pusat kebugaran dan tempat rekreasi. Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik steril dan disimpan dalam kamar gelap dengan suhu ruangan.

Sampel debu yang dikumpulkan akan dianalisis melalui pengamatan materi genetik dan ekstraksi kimia. Terlihat bahwa terdapat lebih dari 180 gen dalam debu yang resisten terhadap antibiotik. Peneliti lalu menyelidiki adanya kemungkinan gen untuk berpindah ke bakteri yang lainnya.

Perlu diketahui, bakteri dapat berbagi banyak jenis gen yang berbeda selama bakteri memiliki unsur transposable dalam DNA sebagai penggeraknya. Terdapat unsur bernama integron, plasmid, dan transposon pada bakteri yang mempermudah bit DNA untuk melakukan perjalanan antar-mikroba.

Bakteri berbagi gen dalam dua cara, yaitu dengan pembelahan biner di mana bakteri membelah diri menjadi dua dan dengan transfer gen horizontal, di mana bakteri menduplikasi gen kemudian bertukar salinan dengan bakteri lain.

Namun pergerakan bakteri ke bakteri lainnya tidak selalu terjadi. Pasalnya beberapa kondisi tertentu juga berpengaruh terhadap adanya perpindahan bakteri. Bakteri baru akan membagi gen ketika mengalami tekanan seperti atmosfer ruangan yang kering, kurangnya nutrisi, dan suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Ketika pembagian gen tersebut terjadi, gen dari bakteri debu yang tidak bersifat patogen akan menempel pada kuman yang bersifat patogen dan membuatnya menjadi resisten terhadap antibiotik.

Bahaya resistensi antibiotik pada tubuh manusia

TB MDR adalah resistensi obat TB

Antibiotik merupakan obat yang dibuat untuk mengobati dan mencegah pertumbuhan bakteri. Ketika seseorang telah terinfeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik, bakteri tersebut tidak bisa terbunuh dan akan terus tumbuh.

Oleh sebab itu, infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang kebal pada antibiotik akan sangat sulit atau bahkan tidak dapat diobati. Biasanya, orang yang terkena infeksi ini membutuhkan perawatan di rumah sakit dalam waktu yang lama serta diberikan obat alternatif yang lebih keras.

Dengan resistensi ini pula, penggunaan antibiotik yang kerap digunakan sebagai pengobatan untuk berbagai penyakit seperti pneumonia, tuberkulosis, gonore, sampai keracunan darah tidak lagi menjadi efektif.

Resistensi antibiotik merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi keprihatinan di seluruh dunia. Padahal banyak kemajuan dalam dunia medis yang sangat bergantung pada kegunaan antibiotik untuk melawan infeksi dan penyakit kronis lain.

Memang, seiring waktu dengan teknologi yang makin canggih, para pekerja di bidang kesehatan terus berusaha menemukan antibiotik baru yang dapat memerangi bakteri. Namun, bakteri juga akan selalu mencari cara untuk bertahan hidup. Salah satunya lewat debu di rumah yang memicu resistensi antibiotik.

Resistensi bakteri bisa terjadi pada siapa saja, tapi akibatnya akan lebih mudah menyerang orang-orang yang memang memiliki penyakit kronis.

Membersihkan debu di rumah untuk cegah bakteri yang memicu resistensi antibiotik

tips membersihkan rumah alergi

Infeksi bakteri dapat disebabkan oleh pola hidup yang kurang bersih. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, perubahan gaya hidup menjadi sehat pun sangat penting dilakukan. Beberapa di antaranya adalah melakukan suntik vaksin, cuci tangan setiap setelah dari kamar mandi, bepergian, dan sebelum mengolah makanan, serta mengonsumsi makanan yang higienis.

Namun, tidak cukup hanya dengan pencegahan pada diri sendiri, Anda juga harus rutin membersihkan rumah dari debu pembawa penyakit. Bersihkan juga pojok rumah yang paling banyak mengandung bakteri seperti dapur dan toilet.

Jangan lupa keringkan permukaan meja kerja, talenan, dan alat memasak lainnya. Air yang masih tersisa akan membantu kuman yang masih tertinggal untuk bertahan hidup dan berkembang biak.

Rutinlah mengelap permukaan peralatan seperti meja, laci, dan lemari dengan handuk yang lembab, lalu keringkan kembali dengan. Membersihkan benda dengan cairan berbahan antibakteri tidak disarankan karena malah akan meningkatkan resistensi pada bakteri. Dengan demikian, Anda bisa terhindar dari debu yang memicu resistensi antibiotik.

Baca Juga:

Let’s block ads! (Why?)