Helicopter Parenting dan Efeknya Terhadap Perkembangan Emosi Anak
By: Date: 15 Januari 2020 Categories: gaya pengasuhan,Hidup Sehat,mengasuh,mengasuh anak,pengasuhan,pola pengasuhan

Dahulu mungkin absennya kehadiran orangtua dalam tumbuh kembang anak menjadi masalah besar, tetapi justru kini yang terjadi malah kebalikannya, terjadi fenomena helicopter parenting, yaitu pola pengasuhan yang dinilai terlalu mencampuri urusan anak. 

Metode yang satu ini mungkin terlihat baik karena orangtua selalu ada di samping anak, tetapi tentu saja ketika dilakukan berlebihan dapat menimbulkan efek buruk. Bagaimana bisa, ya?

Apa itu helicopter parenting?

pola asuh orangtua narsis

Helicopter parenting adalah metode pengasuhan ketika orangtua turun langsung ke masalah apapun yang dihadapi oleh anak mereka. Hal ini bertujuan agar anak merasa bahagia dan tidak pernah merasa kecewa, sakit, ataupun terluka. 

Istilah ini sebenarnya sudah lama dipakai, tetapi kembali muncul ketika film Indonesia berjudul Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini karya Angga Dwimas Sasongko menggambarkannya. 

Film yang disingkat menjadi NKCTHI ini menceritakan keluarga yang lengkap dan terlihat harmonis. Misalnya, ayah yang memperhatikan anak-anaknya dan memasak setiap akhir pekan dan ibu yang memutuskan untuk tinggal di rumah merawat anak-anaknya. 

dampak depresi orangtua

Anak-anaknya pun digambarkan sebagai sosok yang memiliki perilaku yang baik dan pendidikan yang bagus, tetapi jauh di dalam hati ternyata mereka tidak merasa bahagia

Biasanya, helicopter parenting ditunjukkan dengan mengawasi anak ketika mereka mengerjakan tugas atau mencegah anak menyelesaikan masalahnya sendiri. 

Terlihat membantu, namun metode ini ternyata cukup bermasalah dan menimbulkan efek buruk terhadap anak. Terlebih lagi ketika hal ini dilakukan secara berlebihan, alias protektif terhadap anak sendiri. 

Dampak buruk dari helicopter parenting

menahan emosi

Menurut penelitian dari American Psychological Association, helicopter parenting adalah cara mengasuh anak yang bisa memengaruhi kemampuan mereka. Baik secara emosi maupun perilaku. 

Penelitian yang dipublikasikan di Developmental Psychology ini menunjukkan bahwa anak dengan pola pengasuhan ini cenderung kurang mampu menghadapi masalah. Mulai dari masalah ketika tumbuh dewasa, menghadapi persoalan di lingkungan sekolah, hingga sulit bersosialisasi dengan orang lain. 

Bahkan, kebanyakan anak dengan metode helicopter parenting kurang dapat mengatur emosi dan perilaku, sehingga tidak jarang memiliki banyak masalah di sekolahnya.

mengatasi anak manja menghadapi anak manja

Hal ini mungkin dikarenakan anak cukup ketergantungan terhadap orangtua atau orang yang mengasuh mereka. Mulai dari bagaimana harus bersikap, memenuhi keinginan, hingga mengerti perasaan diri sendiri. 

Anak membutuhkan orangtua yang paham apa kebutuhan mereka, mengetahui bagaimana harus bersikap, dan membimbing anak ketika situasi menjadi buruk.

Dengan begitu, anak mungkin akan berkembang dalam menangani masalah seiring mereka tumbuh dewasa dan berdampak pada kesehatan mental dan fisik lebih baik. 

Para orangtua perlu ingat bahwa mengelola perilaku dan emosi merupakan kemampuan dasar yang perlu dimengerti oleh setiap anak. 

Berikut ini ada beberapa dampak buruk yang bisa ditimbulkan dari helicopter parenting, seperti:

  • Takut terhadap masa depan
  • Merasa cemas yang berlebihan dan tertekan
  • Terlalu perhatian kepada anak

Maka itu, dampak buruk yang ditimbulkan dari helicopter parenting tidak hanya memengaruhi anak-anak, melainkan juga kondisi psikologis orangtua. 

Bagaimana mencegah efek buruk helicopter parenting?

Jadi, bagaimana orangtua bisa terhindar dari efek buruk helicopter parenting tanpa ahrus mengorbankan kemampuan belajar anak? Menurut dr Deborah Gilboa seperti dilansir parents.com, caranya dengan membiarkan anak berjuang dan membiarkan mereka sesekali untuk merasakan kekecewaan.

Orangtua perlu mempercayakan anak untuk melakukan hal-hal yang secara fisik dan mental bisa dilakukan. Dengan kata lain, orangtua perlu sesekali memberi jarak dan tidak terlalu ikut campur dalam menyelesaikan masalah anak. Bila hal ini dilakukan, orangtua akan melihat anak-anaknya tumbuh dengan kepercayaan diri yang baik.

Baca Juga:

Let’s block ads! (Why?)