Kenapa ya, Jadi Sering Berantem Setelah Punya Anak?
By: Date: 17 April 2023 Categories: Uncategorized

Idealnya, kehadiran buah hati menjadi pemanis dalam kehidupan rumah tangga. Tapi, apa yang salah jika keadaan sebaliknya?

Mums Tidak Sendirian

Pernikahan jelas bukan seperti yang terlihat di iklan atau media sosial. Selain momen indah, juga akan ada banyak konflik dan butuh kerja keras untuk melewatinya. Yang banyak orang suka terkejut, kehadiran buah hati sebagai pelengkap atau pemanis keluarga, nyatanya bisa menjadi salah satu faktor penyebab konflik pernikahan.

Sebagian besar penelitian tentang kepuasan pernikahan menunjukkan, bahwa pasangan, khususnya ibu, menjadi kurang bahagia setelah menjadi orang tua dengan tingkat dan lamanya ketidakbahagiaan yang bersifat relatif. Para ibu banyak menemukan hal yang tidak menyenangkan tentang pasangan selama tahun pertama memiliki anak. Hal itu sebagian besar dipicu oleh kelelahan ekstrem untuk mengurus bayi dan urusan rumah tangga.

Ya, kelelahan merupakan penyebab utama, setidaknya itu yang ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan dalam dekade terakhir. Bahwa ibu baru merupakan kategori yang paling rentan terhadap penurunan kebahagiaan dalam rumah tangga.

Kok, bisa? Para ahli berteori bahwa ibu cenderung melakukan lebih banyak pekerjaan, yaitu perawatan anak dan pekerjaan rumah tangga, dibanding suami. Beratnya beban ini kemudian membuat ibu mulai merasa bahwa hubungan mereka tidak lagi adil. Terlepas dari apakah ibu bekerja atau ibu rumah tangga, survei menunjukkan bahwa ibu akan lebih banyak mengurus anak daripada ayah. Terdengar sangat familiar, ya.

Baca juga: Stop Pijat Hidung Bayi, Tak Akan Bikin Mancung!

Jangan Diam Saja, Yuk Lakukan Ini!

Meskipun kepuasan terhadap sebuah hubungan akan menurun dari waktu ke waktu dan menjadi hal yang normal, namun bukan berarti itu tak bisa dicegah atau diperbaiki. Para ahli seperti psikoterapis dan sosiolog menyarankan, bahwa sangat perlu menjaga hubungan sepositif mungkin selama bertransisi menjadi orang tua.

Semua ahli mengatakan bahwa mengambil pendekatan yang transparan dan proaktif untuk membagi pekerjaan rumah tangga, termasuk mengasuh anak, adalah cara nomor satu untuk mencegah kemarahan saat menjadi orang tua baru.

Beberapa tips yang bisa dan sebaiknya dilakukan adalah:

  • Kelola ekspektasi

Langkah pertama: buang jauh-jauh pandangan Mums tentang ibu yang sempurna seperti apa dan jadilah sosok ibu yang Mums bisa. Hal ini penting dilakukan oleh setiap ibu, karena ada ekspektasi budaya yang jauh lebih agresif tentang gambaran ibu yang baik. 

Tak hanya di Asia, nyatanya mayoritas di semua budaya masih percaya bahwa wanita melakukan pekerjaan yang lebih baik merawat bayi daripada pria, sehingga hampir 80 persen wanita menghadapi banyak tekanan untuk menjadi orang tua yang sempurna menurut standar orang lain.

Baca juga: Anak-anak Alami Ereksi, Nyatanya Wajar Banget!
  • Buatlah daftar tugas, dan bagilah secara adil dengan suami

Walau ini terdengar sering sekali untuk diucapkan, namun praktiknya masih kerap terabaikan. Padahal, sifatnya sangat penting untuk membuat daftar semua tugas rumah tangga termasuk mengasuh anak, dan bagi seadil mungkin. Ingat, hilangkan prinsip bahwa pihak yang bekerja di luar rumah berhak mendapatkan porsi yang lebih sedikit untuk mengurus rumah dan anak. 

Karena sudah terbukti, pengaturan tugas di dalam rumah tangga yang berat sebelah, cepat atau lambat akan menyebabkan perselisihan paling banyak dan akan membuat Mums merasa terpojok. Intinya, tak ada cara lain yang lebih baik selain membagi tugas secara adil dan menjalankannya dengan baik untuk mengatasi semua potensi masalah.

  • Percayakan tugas pada suami

Setelah berbagi tugas dengan adil, sekarang saatnya Mums untuk percaya. Ya, percayakan tugas-tugas itu pada suami dan biarkan ia melakukannya dengan caranya. Sering sekali konflik malah tercetus karena istri mengkritik cara kerja suami, terutama dalam mengasuh anak. 

Alhasil, suami akan merasa terus-menerus dikritik, sehingga membuat tujuan berbagi tugas tak bisa berjalan baik. Kecuali jika hal yang dilakukan suami membahayakan keselamatan, Mums tak perlu selalu ikut campur. Biarkan suami belajar bagaimana menangani urusan tangga dan pengasuhan anak dengan caranya sendiri.

  • Definisikan ulang kehidupan seks

Memiliki anak mau tak mau mengharuskan Mums dan Dads untuk mengatur ulang seluruh struktur kehidupan, dan itu termasuk kehidupan seks. Secara teori, memang sudah aman untuk berhubungan seks enam minggu pasca persalinan. Namun, belum tentu Mums sudah siap untuk itu secara fisik atau psikologis. 

Akan ada banyak hal yang perlu disesuaikan, seperti kekeringan vagina karena penurunan kadar estrogen, sulitnya menyesuaikan jadwal berdua dengan jam tidur anak, ataupun ketakutan yang dipengaruhi oleh proses persalinan. Tak heran, pada beberapa pasangan suami-istri, bahkan bisa membutuhkan waktu hingga satu tahun untuk siap melakukan hubungan seks penetratif. Jadi, bicarakan hal ini dengan jelas kepada pasangan agar jangan sampai pak suami merasa ditolak atau tak diperhatikan lagi. 

Jujur, semua poin di atas bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan dan bisa dibereskan dalam semalam. Pilih waktu yang enak untuk membicarakannya dengan suami, tarik napas, dan bicarakan dengan intonasi nada yang tenang. Semoga berhasil ya, Mums! (IS)

Ingin punya banyak teman dan tahu update terbaru seputar kehamilan dan tumbuh kembang anak? Yuk, gabung sekarang di Komunitas Teman Bumil: https://linktr.ee/KomunitasTemanBumil 

Baca juga: Infeksi Virus Jadi Salah Satu Pencetus Risiko Diabetes pada Anak

Referensi:

NY Times. Fighting After Baby

Parents. How to Solve Marriage Issues

https://www.guesehat.com/sering-berantem-setelah-punya-anak