Penyebab Sesak Nafas pada Bayi dan Cara Menanggulanginya
By: Date: 23 Januari 2020 Categories: Parenting,penyebab sesak napas pada bayi,Perkembangan Bayi,sesak napas pada bayi,susu formula

Ketika bayi sesak napas, banyak faktor yang mungkin menyebabkan terjadinya gangguan pada saluran pernapasan ini.  Salah satu di antaranya adalah alergi susu sapi.

Si Kecil yang memiliki alergi susu sapi akan mengalami reaksi tersebut jika mengonsumsi susu sapi ataupun produk turunannya, seperti yoghurt, krim, keju, dan lain-lain.

Sesak napas pada bayi karena alergi susu sapi

cara membersihkan botol susu bayi

Untuk mengenali gejala sesak napas pada bayi yang disebabkan alergi terhadap susu sapi, Anda perlu memperhatikan tiga faktor, yaitu:

1. Perilaku

Saat mengalami sesak napas, bayi akan terlihat gelisah, rewel, atau tidak berhenti menangis sehingga mengganggu makan, minum, dan waktu tidur. Di sisi lain, ketika sesak napas sudah cukup berat, anak akan tampak lemah dan selalu mengantuk. 

2. Frekuensi napas

Bayi sesak napas akan menunjukkan frekuensi napas yang lebih cepat dari biasanya dan disertai tarikan di dinding perut bagian atas. Ketika sesak terus berlanjut, frekuensi napas malah akan berkurang dan tarikan dada melemah sehingga si Kecil kemungkinan berhenti bernapas.

3. Peredaran darah di kulit

Peredaran darah akan terganggu ketika sesak napas berat. Perubahan warna kulit memucat di bagian telapak tangan dan kaki serta muncul keringat dingin. Pada kondisi lebih lanjut akan timbul bercak kebiruan di kulit. Jika terus dibiarkan, kebiruan ini akan merata, terutama di ujung jari, telapak tangan dan kaki serta sekitar mulut.

Mencegah sesak napas dengan mengatasi alergi susu sapi 

Hal utama yang dapat dilakukan sebagai langkah pencegahan terjadinya reaksi alergi susu sapi adalah menghindarkan anak dari segala bentuk protein susu sapi dalam produk atau olahan apapun. Ini yang biasa disebut dengan diet eliminasi produk susu sapi dan turunannya. 

Selain itu menurut tata laksana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), diet eliminasi produk susu sapi dan turunannya harus disertai dengan konsumsi susu terhidrolisa ekstensif.   

Susu formula terhidrolisa ekstensif merupakan alternatif susu formula pertama untuk menanggulangi gejala alergi dengan cepat menurut rekomendasi dokter. Jika diberikan secara tepat dan teratur, susu formula terhidrolisa ekstensif terbukti tetap dapat mengatasi gejala alergi dengan cepat seperti kolik.

Susu formula terhidrolisa ekstensif bersifat hipoalergenik. Susu ini dapat memberikan bantuan pada bayi yang tidak mampu mencerna protein susu sapi secara utuh dikarenakan protein didalam nya telah dipecah secara menyeluruh menjadi bagian-bagian sangat kecil.  Dengan begitu, tubuh si kecil tidak mengenali potongan dari protein tersebut sebagai alergen (substansi pencetus alergi). 

Susu formula terhidrolisa ekstensif juga membantu si kecil mencapai toleransi oral. Toleransi oral adalah kondisi dimana anak dapat kembali mengonsumsi produk susu sapi dan turunannya. Tentunya semua orang tua berharap anak nya dapat kembali mengonsumsi makanan produk susu sapi, sehingga toleransi oral menjadi tujuan akhir bagi para anak yang mengalami alergi susu sapi.

Selain itu tak sedikit orang tua yang memilih susu formula berbahan dasar soya dikarenakan  memanfaatkan kedelai sebagai sumber protein untuk mengganti komponen susu sapi. Namun, formula kedelai tidak dianjurkan untuk bayi di bawah 6 bulan. Hal ini dikarenakan dapat memicu alergi terhadap protein kedelai. Penggunaan formula soya dapat dipertimbangkan oleh bayi dengan keadaan khusus, misalnya masalah ekonomi keluarga, bayi tidak dapat menoleransi susu formula jenis lain, atau adanya preferensi khusus (orang tua menerapkan pola makan nabati pada bayi).

Bayi sesak napas merupakan salah satu gejala alergi yang dapat mengancam nyawa jika tidak cepat ditanggulangi. Agar gejala sesak napas tidak berlanjut, kenali tanda-tandanya sedini mungkin. Selain itu, ada baiknya setiap orangtua dapat berkonsultasi ke Dokter anak mengenai susu terhidrolisa ekstensif, diet manajemen susu sapi dan toleransi oral.  Sehingga dokter bisa mendiagnosis gejala anak lebih lanjut dan memberikan rekomendasi yang tepat.

Baca Juga:

Let’s block ads! (Why?)