Pernah Dilakukan Nia Ramadhani Untuk Turunkan Bobot 28 Kg, Diet Tinggi Protein Efektif Turunkan Berat Badan?
By: Date: 10 Januari 2024 Categories: Uncategorized

Suara.com – Nia Ramadhani dikenal sebagai artis yang memiliki body goal para kaum hawa. Meski telah memiliki tiga anak, tubuhnya begitu ramping bagaikan masih seperti remaja.

Tapi, siapa sangka, saat hamil hingga pasca melahirkan beberapa tahun lalu, ia sempat mengalami kenaikan berat badan yang gila-gilaan. Tak tanggung-tanggung, bobotnya bertambah hingga 28 kg.

Namun kini, istri Ardi Bakrie itu telah berhasil kembali langsing. Dan ia mengungkap kalau butuh perjuangan untuk menurunkan berat badannya pasca melahirkan.

Ia mengatakan bahwa butuh waktu sampai enam bulan untuk mengembalikan bentuk tubuhnya seperti semula. Dan itu semua, dilakukan dengan perjuangan yang cukup berat, lho. 

“Gua makan pagi cuma telur dua, abis itu diem. Jam 12 gua makan ayam pakai nasi, sih, tetep. Abis itu jam 6 gua makan alpukat, udah gitu terus selama 6 bulan,” ungkap Nia saat menjawab pertanyaan temannya, dikutip dari postingan di aku  TikTok fanbase Nia Ramadhani, Rabu (10/1/2024).

Meski terdengar simpel, pola makan seperti itu sebenarnya menantang juga bagi Nia. Apalagi, dia membuat pantangan untuk tidak makan camilan sama sekali. Sehingga selama berbulan-bulan, makanan yang dia konsumsi benar-benar hanya telur, ayam, dan alpukat yang dibagi menjadi tiga kali makan. 

Dilihat dari menu makannya, Nia Ramadhani ternyata lebih banyak mengasup protein, baik itu yang berasal dari hewani maupun nabati. 

Diet tinggi protein sendiri merupakan pola makan yang memfokuskan pada konsumsi makanan tinggi protein dan mengurangi asupan lemak serta karbohidrat.

Mengutip dari Halodoc, banyak orang yang menjalani diet tinggi protein untuk menurunkan berat badan atau membentuk otot secara cepat. Selain itu, protein juga dianggap dapat menahan rasa lapar lebih lama.

Beberapa pilihan protein yang bisa dikonsumsi saat melakukan diet tinggi protein di antaranya telur, dada ayam, kacang-kacangan, udang, biji-bijian, roti gandum, hingga produk susu seperti yoghurt, susu sapi, atau keju.

Dari laman Healthline, disebutkan bahwa diet protein bisa memanfaatkan protein hewani maupun nabati. Apa perbedaannya? Rupanya, protein hewani lebih banyak kandungan nutrisi lainnya, serta lebih rendah kalori dibandingkan protein nabati. 

Ahli diet di Indianapolis, Garrett Swisher, mengatakan kalau protein hewani lebih lengkap mengandung 20 asam amino, sedangkan protein nabati tidak selalu mengandung semua asam amino yang diperlukan untuk sintesis protein.

“Biasanya makanan nabati kurang padat protein dibandingkan makanan hewani, yang berarti bahwa seseorang perlu mengonsumsi makanan nabati dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan protein hewani,” kata Swisher.

“Protein hewani juga lebih mudah dicerna dan diserap dibandingkan protein nabati. Serta sering kali memiliki kandungan kalori lebih kecil, ditambah lagi merupakan sumber lemak omega 3, vitamin B12, kalsium, dan vitamin D terbaik.

Bila ingin menurunkan berat badan sekaligus membangun otot, konsumsi protein hewani ternyata lebih disarankan. Ahli diet di Ellison Clinic di Saint John’s, Amerika, Cohen, menjelaskan kalau protein hewani kemungkinan lebih baik dalam membangun otot karena jumlah asam aminonya yang lengkap dan daya cerna yang lebih baik. 

Protein hewani lebih tinggi asam amino leusin yang membantu merangsang pertumbuhan otot baru dan pemulihan otot setelah berolahraga.

Sedangkan protein nabati umumnya dikemas dalam kemasan serat, yang berarti tidak menyerap banyak karena tubuh tidak mudah memecah serat. Meski begitu, tidak berarti bahwa mengonsumsi protein nabati tidak memungkinkan penambahan otot.

https://www.suara.com/health/2024/01/10/114006/pernah-dilakukan-nia-ramadhani-untuk-turunkan-bobot-28-kg-diet-tinggi-protein-efektif-turunkan-berat-badan