Sejarah Baru, Perempuan Pertama di Dunia Sembuh dari HIV – Manado Post
By: Date: 17 Februari 2022 Categories: berita kesehatan,Health,Health Info,kesehatan

MANADOPOST.ID – Seorang perempuan asal AS berhasil menorehkan sejarah. Dia menjadi perempuan pertama di dunia yang sembuh dari HIV/AIDS. Perempuan yang tidak disebutkan namanya tersebut menjalani perawatan dengan stem cell atau sel punca dari darah tali pusat.

Dalam Konferensi Retrovirus dan Infeksi Oportunistik yang digelar Selasa (15/2), dijelaskan bahwa perempuan paro baya itu didiagnosa menderita leukemia myeloid akut sekitar empat tahun setelah diagnosis HIV. Setelah kabar itu, perempuan ras campuran itu harus menjalani kemoterapi dengan dosis tinggi yang menghancurkan sel darahnya.

Setelah proses kemoterapi selesai, dia melakukan transplantasi sel punca dari salah satu anggota keluarganya yang lebih tua, untuk mengisi kembali tingkat sel darahnya.

Transplantasi itu berfungsi sebagai jembatan untuk mempertahankan sel darahnya, saat perempuan itu menerima sel punca dari darah tali pusat bayi baru lahir yang tidak memiliki hubungan keluarga.

Butuh waktu hingga satu bulan untuk bisa memulai produksi sel dari darah tali pusat bayi. Hal itu memunculkan mutasi, yang membuat sel resisten terhadap infeksi HIV.

Terapi tersebut dilakukan pada 2017 lalu. Tiga tahun kemudian, dia berhenti meminum obat-obatan antiretroviral (ARV) yang biasa diresepkan pada pasien HIV. Nah, 14 bulan setelah berhenti minum obat, virus HIV tidak terdeteksi di tubuhnya.

MANADOPOST.ID – Seorang perempuan asal AS berhasil menorehkan sejarah. Dia menjadi perempuan pertama di dunia yang sembuh dari HIV/AIDS. Perempuan yang tidak disebutkan namanya tersebut menjalani perawatan dengan stem cell atau sel punca dari darah tali pusat.

Dalam Konferensi Retrovirus dan Infeksi Oportunistik yang digelar Selasa (15/2), dijelaskan bahwa perempuan paro baya itu didiagnosa menderita leukemia myeloid akut sekitar empat tahun setelah diagnosis HIV. Setelah kabar itu, perempuan ras campuran itu harus menjalani kemoterapi dengan dosis tinggi yang menghancurkan sel darahnya.

Setelah proses kemoterapi selesai, dia melakukan transplantasi sel punca dari salah satu anggota keluarganya yang lebih tua, untuk mengisi kembali tingkat sel darahnya.

Transplantasi itu berfungsi sebagai jembatan untuk mempertahankan sel darahnya, saat perempuan itu menerima sel punca dari darah tali pusat bayi baru lahir yang tidak memiliki hubungan keluarga.

Butuh waktu hingga satu bulan untuk bisa memulai produksi sel dari darah tali pusat bayi. Hal itu memunculkan mutasi, yang membuat sel resisten terhadap infeksi HIV.

Terapi tersebut dilakukan pada 2017 lalu. Tiga tahun kemudian, dia berhenti meminum obat-obatan antiretroviral (ARV) yang biasa diresepkan pada pasien HIV. Nah, 14 bulan setelah berhenti minum obat, virus HIV tidak terdeteksi di tubuhnya.