JawaPos.com – Singapura menghadapi situasi darurat demam berdarah. Sejauh ini, per Mei 2022, tercatat 11 ribu kasus terlaporkan, jauh melampaui 5.258 kasus yang dilaporkan sepanjang tahun 2021. Sebanyak 10 persen di antaranya menjalani rawat inap.

Diprediksi Juni menjadi puncak musim demam berdarah di Singapura. Para ahli memperingatkan bahwa itu adalah angka yang suram tidak hanya untuk Singapura tetapi juga sinyal bahaya untuk seluruh dunia terutana negara tropis.

Dipicu Perubahan Iklim

Ini terjadi karena perubahan iklim global yang membuat wabah semakin meluas. DBD menyebabkan demam tinggi, sakit kepala dan nyeri tubuh. Dalam kasus ekstrem terjadi pendarahan, kesulitan bernapas, kegagalan organ dan bahkan kematian.

“Kasus meningkat lebih cepat,” kata Menteri Dalam Negeri Singapura Desmond Tan di sela-sela inspeksi lingkungan untuk membasmi nyamuk demam berdarah.

“Ini adalah fase darurat yang mendesak sekarang yang harus kita tangani,” tegasnya. “Wabah di Singapura telah diperburuk oleh cuaca ekstrem baru-baru ini,” kata para ahli.