Smart Drying, Rekayasa Teknologi Pascapanen Tanaman Obat – BRIN
By: Date: 8 Februari 2022 Categories: healthy tips,herbal,obat alami,obat tradisional,terapi,Tips Sehat

Tanaman obat memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia. Tanaman obat adalah salah satu bahan pembuatan obat tradisional maupun modern. Pada umumnya ada beberapa tahapan proses tanaman obat menjadi obat, yaitu sortasi, pencucian, pengeringan, penyimpanan dan pengolahan. Tahap pengeringan menjadi proses yang utama, untuk itu perlu dilakukan riset lebih dalam untuk pengaplikasiannya.

Plt. Kepala Kantor Pusat Teknologi Agroindustri (PTA), Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi (OR PPT) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arief Ariyanto dalam sambutannya mengatakan, Indonesia dengan keragaman hasil budidaya pertanian membutuhkan penanganan khusus pascapanen. Menurutnya, posisi teknologi agroindustri dalam rantai/siklus pertanian berada di antara budidaya dan produk hasil panen. 

“Riset tanaman herbal dilakukan untuk mendukung industri herbal agar bisa dijadikan bahan baku untuk agro industri. Dosis kehilangan kuantitas dan kualitas dari hasil proses pascapanen yang salah di Indonesia dapat mencapai sekitar 20-30%, jumlah yang cukup besar,” terangnya. “Dengan proses pascapanen yang benar, baik, dan tepat akan membantu meningkatkan ketersediaan bahan baku agro,” ujar Arief.

Arief menambahkan perbaikan dengan teknologi pascapanen yang baik, benar, dan tepat, akan menciptakan bahan baku yang bermutu, berkualitas, yang dapat mendukung produksi-produksi selanjutnya. “Ini akan menghasilkan bahan baku yang bermutu, berkualitas akan mendukung produksi-produksi selanjutnya,” imbuhnya.

Pengeringan tanaman obat adalah salah satu dari proses pascapanen. Tanaman obat diolah untuk diambil khasiatnya, yaitu senyawa aktif yang terdapat di dalam tanaman itu sendiri. Tentunya senyawa aktif tersebut tidak boleh hilang dalam proses pascapanen.

“Pengeringan tanaman obat merupakan proses utama dalam menghasilkan simplisia tanaman obat. Tujuannya, memenuhi persyaratan kadar air dan memperpanjang masa simpan. Simplisia sendiri merupakan bahan alami yang digunakan sebagai bahan pembuatan obat yang belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut,” urainya.

Di Indonesia, proses pengeringan tanaman obat masih dilakukan dengan cara menjemur tanaman obat di lahan kosong. Area tersebut disinari oleh sinar matahari sehingga rawan terkontaminasi dan terpapar sinar ultra violet secara langsung. Sangat besar kemungkinan panasnya berlebih sehingga mengakibatkan berkurangnya senyawa aktif.

Teknologi Smart Drying

Berangkat dari hal tersebut, inovasi teknologi pascapanen tanaman obat dibuat dengan menggunakan rumah kaca berbasis smart drying.  Tanaman obat sendiri sangat terkait dengan mutu yaitu senyawa aktifnya, untuk memenuhi syarat kadar airnya harus dibawah 10%. Tanaman obat yang belum dikeringkan, kadar airnya tinggi sekitar 80-90%. Masing-masing tanaman obat memiliki kondisi yang terbaik untuk proses pengeringannya.

Periset PTA Lamhot Parulian mengatakan pengeringan tanaman obat cukup sulit pada prakteknya. Pengeringan yang berlebihan (over drying) dapat menyebabkan senyawa aktif di dalam simplisia berkurang atau bahkan hilang. Sedangkan, pengeringan yang tidak sempurna menyebabkan tidak tercapainya syarat kadar air simplisia (<10%) yang mengakibatkan tumbuhnya mikroba dan jamur yang merusak produk.

Lamhot juga menjelaskan bahwa teknologi smart drying sendiri sudah dikembangkan sejak 2012 oleh Kementerian Kesehatan di mana pengering tipe satu dibuat. Pada 2021, tipe dua dikembangkan dengan fitur smartnya, di mana tipe ini dapat membuat suhu dan kelembapan tetap stabil sesuai dengan pengaturan yang diinginkan, juga terdapat panas tambahan yang berasal dari gas.

“Teknologi smart drying telah diaplikasikan di empat tempat yang terletak di beberapa lokasi Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO), yaitu Pekalongan, Tegal, Malang dan Tabanan Bali,” sebutnya. “Smart drying dibangun dalam rumah kaca kurang lebih seluas 5×8 meter dengan kapasitas tanaman obat sebanyak 600 kg,” ujarnya. Lebih lanjut ia mengatakan, untuk ke depannya teknologi ini akan diperbarui dengan penambahan setting library dan optimalisasi pada posisi blower agar panas yang dihasilkan merata. (ir, sj/ ed: drs)