Studi: Sudah Divaksin Tetap Bisa Tularkan Virus, Wajib Masker – CNN Indonesia
By: Date: 1 Agustus 2021 Categories: berita kesehatan,Health,Health Info,kesehatan

Jakarta, CNN Indonesia —

Vaksinasi bukan jaminan Anda bakal kebal dari infeksi corona. Inilah pentingnya untuk tetap melakukan protokol kesehatan.

Para ilmuwan yang mempelajari pandemi Covid-19 di Massachusetts, Amerika Serikat (AS) menyimpulkan bahwa orang yang divaksinasi membawa jumlah virus corona yang sama dengan mereka yang tidak divaksinasi.

Pejabat kesehatan Massachusetts pada hari Jumat merilis rincian penelitian itu, yang menjadi rujukan dalam keputusan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC, AS) untuk merekomendasikan agar penduduk yang telah divaksinasi tetap memakai masker di dalam ruangan.


Rekomendasi itu ditujukan ke sebagian wilayah AS, di mana varian delta memicu lonjakan infeksi.

Para penulis mengatakan temuan itu menunjukkan bahwa panduan masker CDC harus diperluas agar mencakup seluruh negara, bahkan di luar zona rawan penularan.

Panduan ini memperbaharui laporan sebelumnya yang menyebut orang yang telah divaksin dianggap memiliki tingkat penularan virus yang rendah dan tidak mungkin menular kepada orang lain.

Namun data baru menunjukkan bahwa temuan itu tidak berlaku usai ditemukannya varian delta.

Tempat wisata tepi laut di Cape Cod, Massachusetts merupakan daerah dengan tingkat vaksinasi tertinggi. Namun sejauh ini mencakup lebih dari 900 kasus. Sekitar tiga perempat dari mereka yang terpapar adalah penduduk yang telah divaksinasi lengkap.

Seperti banyak negara bagian, Massachusetts mencabut semua pembatasan Covid-19 pada akhir Mei, menjelang peringatan dimulainya musim panas. Selain itu di Provincetown pada minggu ini memberlakukan kembali penggunaan masker dalam ruangan untuk semua penduduknya.

Dokumen internal yang bocor tentang infeksi varian delta menunjukkan, CDC akan mempertimbangkan perubahan aturan lain bagaimana negara memerangi virus corona, seperti merekomendasikan masker untuk semua orang, baik yang sudah vaksin serta para dokter dan petugas kesehatan lainnya.

Varian delta, pertama kali terdeteksi di India, dan menyebabkan infeksi lebih menular daripada flu biasa, cacar dan virus Ebola. Varian delta juga disebut sama menularnya dengan cacar air.

Wabah Provincetown dan penelitian itu menjadi tantangan besar yang dihadapi CDC dalam mendorong vaksinasi sambil mengakui bahwa kasus mutasi dapat terjadi dan dapat menular, meskipun hal itu disebut jarang terjadi.

Gedung Putih pada hari Jumat mengetahui peningkatan kasus terhadap mutasi virus dan mendukung perubahan pedoman kesehatan masyarakat, yang berulang kali ditangguhkan ke CDC sambil menekankan perlunya vaksinasi.

“Yang paling penting sebenarnya cukup sederhana. Kami membutuhkan lebih banyak orang untuk divaksinasi,” kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre.

Orang-orang terinfeksi menyebabkan terjadinya peningkatan porsi rawat inap dan kematian di rumah sakit, bertepatan dengan penyebaran varian delta.

Laporan CDC didasari pada 470 kasus Covid-19 yang terkait dengan perayaan Provincetown, termasuk acara liburan di dalam dan luar ruangan yang padat di bar, restoran, wisma, dan rumah sewaan.

Para peneliti menjalankan tes telusur pada sebagian dari mereka, dan menemukan tingkat virus yang kira-kira sama pada mereka yang divaksinasi penuh dan yang tidak.
Dikutip Live Mints, sebanyak tiga perempat dari infeksi terjadi pada individu yang divaksinasi lengkap. Sekitar 80 persen disebut mengalami gejala yang paling umum yakni batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot dan demam.

Travis Dagenais, salah satu pasien mengatakan dia mulai merasa sakit pada malam hari, saat dia kembali ke rumah. Ia menduga terpapar saat menghadiri pesta malam yang panjang di klub malam Province town yang penuh sesak.

Beberapa hari usai menghadiri pesta tersebut, ia merasa demam, menggigil, nyeri otot, dan kelelahan. Ia menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dari keluhannya, menurut laporan AP.

Namun demikian, penghitungan yang digunakan para peneliti untuk menilai seberapa banyak virus yang dibawa oleh orang terinfeksi, tidak menunjukkan apakah pasien itu benar-benar menularkan virus ke orang lain.

(can/chs)

[Gambas:Video CNN]