Viral Tinder Syariah, Mengapa Aplikasi Kencan Bisa Bikin Kecanduan?
By: Date: 15 November 2019 Categories: kecanduan


Suara.com – Tidak sedikit orang yang tahu bahwa Tinder adalah salah satu dari sekian banyak aplikasi kencan populer.

Banyaknya orang yang tertarik dengan aplikasi ini membuat para pengembang membuat aplikasi cari jodoh terbaru, yaitu Taaruf ID. Uniknya, aplikasi ini disebut-sebut sebagai Tinder versi syariah.

Kemunculannya pun langsung mencuri perhatian warganet, hingga cukup ramai dibicarakan di Twitter.

Terlepas dari viralnya Taaruf ID, aplikasi pencarian jodoh seperti ini ternyata dapat membuat penggunanya kecanduan.

Berdasarkan sebuah survei, dilansir Vice.com, satu dari enam lajang mengatakan mereka benar-benar kecanduan pada proses pencarian jodoh di aplikasi kencan.

Taaruf ID, Tinder versi syariah. (twitter/kafixxx)
Taaruf ID, Tinder versi syariah. (twitter/kafixxx)

Pria dinilai lebih buruk. Sebanyak 97% dari mereka lebih mungkin merasa kecanduan mencari kekasih daripada perempuan yang hanya 54% lebih mungkin merasa lelah dengan keseluruhan prosesnya.

“Aplikasi kencan pada dasarnya (seperti) mesin slot. Ada perjanjian di mana Anda akan menemukan sesuatu yang baik, dan sesekali Anda mendapat sedikit kekuatan positif untuk terus melakukannya,” kata David Greenfield, penemu Center for Internet and Technology Addiction dan psikiatri di University of Connecticut School of Medicine.

Greenfield mengatakan perasaan kecanduan itu tidak mengejutkan dan kebanyakan dari kita tidak bisa menahan diri.

“Dopamin adalah neurotransmitter yang kuat, ini terhubung ke dalam rangkaian kehidupan seperti makan dan seks, jadi Anda berbicara tentang melawan sesuatu yang telah berevolusi secara biologis di otak selama puluhan ribu tahun,” tambahnya.

Ilustrasi aplikasi kencan online (Shutterstock).
Ilustrasi aplikasi kencan online (Shutterstock).

Di sisi lain, orang dengan kecemasan sosial yang tinggi mengindikasikan mereka memiliki preferensi lebih besar untuk menggunakan aplikasi kencan.

Orang yang sering merasa tidak nyaman dalam berkencan secara tatap muka juga cenderung lebih memilih untuk berinteraksi melalui aplikasi, tulis Gwendolyn Seidman, Ph.D., psikolog dan ketua departemen psikologi Albright College di Psychology Today.

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Social and Personal Relationships, aplikasi kencan memang memiliki beberapa kualitas adiktif. Lalu, khususnya bagi orang yang kesepian, jika mereka merasa lebih mudah berinteraksi melalui aplikasi ini, mungkin menjadi pihak yang paling berisiko menyalahgunakannya.

Let’s block ads! (Why?)