Waspadai Defisiensi Vitamin D – Investor Daily
By: Date: 6 Mei 2021 Categories: kesehatan

JAKARTA, investor.id – Kesadaran akan kebutuhan vitamin D sedang meningkat di masyarakat. Faktanya angka mortalitas pada orang yang terinfeksi Covid-19 lebih tinggi pada orang yang kekurangan atau defisiensi vitamin D. Sebab, vitamin yang bisa didapatkan melalui paparan sinar matahari ini berperan penting di masa pandemi. Mengingat tidak hanya terbukti berperan penting dalam penyerapan kalsium tulang, tapi juga dapat mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan dan menjaga sistem imun tubuh.

Sayangnya, walau Indonesia sebagai negara tropis, pada kenyataannya mempunyai tingkat prevalensi defisiensi vitamin D yang cukup tinggi. Sebuah data dari Seanuts 2011-2012 mengatakan terjadi defisiensi vitamin D yang cukup tinggi, dimana 38,76% terjadi pada anak Indonesia yang berusia 2-12 tahun, sekitar 61,25% terjadi pada ibu hamil, 63% terjadi pada perempuan dewasa yang berusia 18-40 tahun, dan 78,2% pada usia lanjut.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dr Jeffri Aloys Gunawan SpPD Cht mengatakan terjadinya defisiensi vitamin D dalam tubuh disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, proses pembentukan vitamin D itu sendiri, seperti kondisi usia yang semakin tua yang dapat menyebabkan pembentukan vitaminnya berkurang, warna kulit yang semakin gelap yang membutuhkan semakin lama waktu berjemur, sedikitnya permukaan kulit yang terpapar saat berjemur dan berat badan.

“Kedua, hanya terdapat beberapa makanan yang mempunyai kandungan vitamin D, seperti jamur, kuning telur dan ikan berlemak,” ungkapnya di sela virtual Peluncuran Holisticare D3 1000, Rabu (5/5).

Menurut dr Jefri, vitamin D terbentuk secara alami ketika kulit terkena sinar matahari langsung. Untuk itu, semakin tertutup orang berpakaian, semakin sedikit penyerapannya. Jika hanya bagian kulit muka dan dan tangan yang terpapar sinar, maka orang tersebut hanya mendapatkan vitamin D sekitar 10%. Bagi orang yang mengenakan kaos dan celana panjang, penyerapan vitamin D-nya hanya sekitar 16%.

Bagi orang yang mengenakan celana pendek saja ketika di pantai, penyerapan vitamin D-nya dapat mencapai 76%. “Sehingga,tidak heran jika defisiensi vitamin D sesuatu yang sulit dihindarkan di Indonesia,” jelasnya.

Selain dapat mudah terinfeksi virus, dr Jefri menambahkan kekurangan vitamin D dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker, diabetes, serta depresi.

Maka dari itu, untuk menjauhkan bahaya dari virus dan agar organ tubuh tidak mengalami masalah, diharapkan masyarakat dapat mencukupi kebutuhan vitamin D melalui suplemen pendamping. Namun, untuk mengetahui lebih pasti berapa kebutuhan vitamin D yang wajib dikonsumsi, disarankan agar masyarakat mendiskusikan kepada dokter yang bersangkutan,” tambah Dr Jeffri.

Edward Joesoef, Chief Strategy Officer Konimex Group, menambahkan vitamin D tidak hanya memainkan peranan penting dalam menghadapi virus Covid-19, namun menjadi salah satu instrumen asupan nutrisi penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara umum sehingga produktivitas masyarakat juga meningkat dan siap menghadapi tantangan menambahkan untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan vitamin D, pihaknya menghadirkan Holisticare D3 1000.

“Suplemen yang mengandung vitamin D3 1000 IU ini dapat dikonsumsi untuk orang berusia 20 tahun ke atas dan telah mendapatkan sertifikasi BPOM untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum setiap hari, yaitu 1 tablet/hari,” tutup Edward.

Editor : Gora Kunjana ([email protected])

Sumber : Investor Daily

Berita Terkait