Malam Tahun Baru, Bisa Nonton Wayang Semalam Suntuk di Anjungan Jawa Timur
By: Date: 31 Desember 2019 Categories: malam tahun baru,malam tahun baru di tmii,pertunjukan wayang


Suara.com – Taman Mini Indonesia Indah atau TMII memang identik dengan budaya dan cerita nusantara. Dan sudah jadi tradisi setiap malam tahun baru, TMII akan mementaskan pertunjukan wayang semalam suntuk.

Di malam tahun baru 2020, tepatnya di Anjungan Jawa Timur TMII, akan dipentaskan pewayangan asal Magetan selama 6 jam nonstop yang berkisah tentang Prabu Dono Pati, Dewi Sukesi, dan Begawan Wisarawa (ayah Prabu Dono Pati).

Didalangi oleh Putut Puji Agusseno (29), cerita ini akan mengajarkan betapa pentingnya sebuah kemandirian bagi seorang lelaki. Begitu pun dengan orangtua, yang seharusnya bertindak sebagai panutan dan tidak boleh memanjakan anak, serta wajib melatih anak agar mandiri.

Persiapan Pertunjukan Wayang Semalam Suntuk di Anjungan Jawa Timur TMII. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Persiapan Pertunjukan Wayang Semalam Suntuk di Anjungan Jawa Timur TMII. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

“Ini penggarapan saya lebih ke pendidikan karakter keluarga, jadi kita harus mandiri dalam segala hal, jangan jadi seperti Prabu Dono Pati,” ujar Dalang Putut kepada Suara.com di Anjungan Jawa Timur TMII, Jakarta Timur, pada Selasa (31/12/2019).

Cerita wayang ini sendiri tentang Prabu Dono Pati yang jatuh cinta pada Dewi Sukesi dan berniat untuk datang melamar. Namun, Dewi Sukesi memberikan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menikahinya.

Prabu Dono merasa tak sanggup memenuhi beberapa syarat. Lalu, dimintalah ayahnya Begawan Wisarawa untuk membantu, hingga akhirnya berhasil. Sayangnya, Dewi Sukesi enggan menerima karena bukan Prabu Dono yang menyelesaikannya, dan akhirnya memilih menikahi Begawan Wisarawa.

Persiapan Pertunjukan Wayang Semalam Suntuk di Anjungan Jawa Timur TMII. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Persiapan Pertunjukan Wayang Semalam Suntuk di Anjungan Jawa Timur TMII. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

Prabu Dono merasa marah pada sang ayah. Namun di sisi lain, Begawan juga merasa bersalah hingga akhirnya memilih bunuh diri dan masuk ke dalam api.

Dalang Putut sendiri berharap cerita pewayangan dari serat Lokapala ini bisa memberikan pembelajaran para penontonnya untuk lebih mandiri lagi di 2020, berusaha dengan usaha sendiri, jangan mudah meminta bantuan pada orang lain, termasuk kepada orangtua sekalipun.

“Sebenarnya pendidikan karakter (mulainya) dari orangtua. Orangtua harus ajarkan pada anaknya dari hal-hal kecil, (misalnya) dari wayang, Mahabrata, Ramayana,” jelasnya.

Dalang Putut Puji Agusseno. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Dalang Putut Puji Agusseno. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

Pria lulusan S1 Seni Pedalangan dan S2 Seni Penciptaan Seni Teater itu mengatakan tidak membutuhkan waktu lama untuk berbaur dengan para pengrawitan dan sinden yang mengiringi dalang, yang sebelumnya tidak ia kenal. Persiapannya terbilang singkat, hanya kurang dari 1 minggu.

“Karena belum pernah ketemu, tapi pas ketemu sudah lancar-lancar saja. Sinkronisasi antara pengrawit dan pementasan wayangnya, kalau wayangnya ini keluarnya gending (nada) ini, gendingnya apa, kalau wayang ini gendingnya apa,” tuturnya.

Tidak kurang dari 30 sinden dan pengrawit yang akan tergabung dalam pementasan ini. Pementasan akan berdurasi selama 6 jam, dimulai pukul 9 malam hingga 3 pagi. Bahasa yang digunakanadalah bahasa Jawa.

Tidak hanya di Anjungan Jawa Timur, di waktu yang sama, pertunjukan wayang semalam suntuk juga akan digelar di Anjungan Jawa Barat, Anjungan Jawa Tengah, dan di Candi Bentar. Dengan durasi yang sama, masing-masing lokasi akan menyuguhkan cerita yang berbeda.

Let’s block ads! (Why?)