Liputan6.com, Jakarta – Apa hubungan mendiang Arswendo Atmowiloto dengan komik? Pria yang akrab disapa mas Wendo ini dikenal sebagai seniman serba bisa. Ia digadang-gadang sebagai salah seorang pelopor studi budaya popular Indonesia.
Ia menelaah berbagai segi budaya pop Indonesia dari sudut non-akademik, tapi dari “dalam”: ia juga pelaku aktif, baik sebagai pencipta maupun sebagai pembangun wahana bagi berbagai produk budaya pop Indonesia modern. Selain dikenal sebagai jurnalis, Wendo juga berprofesi sebagai novelis, penulis skenario, produser dan pemerhati budaya.
Satu lagi sisi yang jarang orang tahu, Arswendo punya peran besar dalam dunia perkomikan Indonesia sejak 1970-an. Pada 10-15 Agustus 1979, Wendo menerbitkan seri tulisan bertajuk Komik Itu Baik 1-5 di harian Kompas. Tulisan itu berlanjut hingga 1981, mengenalkan, bahkan membuka mata banyak orang tentang betapa kaya khasanah komik Indonesia, atau biasa disebut “Cergam”.
Arswendo juga menelaah komik sorga-neraka, yang biasanya dijual di pinggir jalan dekat sekolah atau pesantren. Seri tulisan Arswendo itu mengilhami sebuah pameran komik dan seminar (mungkin yang pertama di Indonesia!) di Yogyakarta pada 1981, diinisiasi oleh Seno Gumira Adjidarma. Pada Juli 2005, Seno mempertahankan disertasinya tentang komik Panji Tengkorak karya Hans Djaladara,.
“Saya banyak terinspirasi dari tulisan-tulisan Wendo soal komik Indonesia. Dia bilang dalam komik bukan gambar yang penting tapi narasi ceritanya Saya pun akhirnya bikin disertasi tentang komik dan jadi “doktor pertama bidang komik di Indonesia,” ungkap Seno pada Liputan6.com di Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu, 28 September 2019.
Arswendo juga aktif sebagai pencipta komik. Setidaknya, selama ia menjadi pimpinan redaksi sejumlah majalah, ia banyak mengundang komikus bertaraf maestro maupun yang biasa saja, untuk membuat komik-komik pendek di majalah itu.
Ada satu periode pendek, para maestro komik itu membuat komik-komik pendek yang diangkat dari puisi-puisi para maestro penyair di masa itu, seperti Rendra, Taufik Ismail, dan Sapardi Djoko Damono.
Peran penting Arswendo dalam dunia komik Indonesia akan dirayakan dalam pameran ‘Komik Itu Baik, Cergam 1924-2019, Tribute untuk Arswendo Atmowiloto’. Pameran ini akan berlangsung pada 28 September sampai 20 Oktober 2019 di Dia.lo.gue artspace , Kemang, Jakarta Selatan.
Pameran ini berbasis arsip, dan sebuah awal untuk menyusun pendalaman sejarah cergam Indonesia yang lebih terstruktur bagi publik luas. Materi pameran terdiri dari arsip naskah gambar asli, artefak penerbitan seperti plat cetak komik, terbitan asli dari masa ke masa, reproduksi digital, instalasi adegan-adegan komik yang ikonik dalam sejarah cergam Indonesia, dan beberapa karya baru dari para komikus muda.
Pentingnya Kearsipan
Pameran ini turut memboyong sejumlah arsip cergam yang pernah dipamerkan di Brussels, Equatorial Imagination, Indonesian Comics 1924-2017 pada 21 November 2017-21 Januari 2018. Pameran di ibukota Belgia tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara Europalia Indonesia, hasil kerjasama antara lembaga budaya Europalia, pemerintah Indonesia, dan pemerintah Belgia.
“Bagi saya pengarsipan seperti ini penting banget. Saya kebetulan bisa jadi penulis skenario karena otodidak, salah satunya dengan mempelajari hampir semua arsip skenario film Indonesia yang tersimpan rapi di gedung Sinematek,” ucap Salman Aristo, penulis skenario yang juga mengikuti kiprah Arswendo di bidang komik dan penulisan.
Kurator pameran adalah Hikmat Darmawan, kritikus dan peneliti budaya pop serta anggota Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
Kurasi didukung secara aktif oleh Iwan Gunawan (dosen pascasarjana IKJ dan pengampu Pusat Kajian Narasi Visual IKJ), Seno Gumira Ajidarma, dan para kolektor seperti Setya Adyaksa (desainer, kolektor), Akhmad Makhfat (Yogyakarta), Andi Wijaya (Bumi Langit, kolektor), komunitas Akademi Samali, dan masih banyak lagi.
“Pameran ini sudah lama diencanakan untuk merayakan kiprah mas Wendo di dunia komik. Tadinya kita mau ajak, tapi beliau sudah lebih dulu pergi, sehingga akhirnya difokuskan dan berangkat dari apa yang dilakukan mas Wendo,” terang Hikmat.
Selama pameran juga akan ada diskusi serta peluncuran buku Komik Itu Baik, kumpulan tulisan tentang komik dari Arswendo Atmowiloto; bazaar komik, ilustrasi, merchandise serta artist’s talk; kuliah umum tentang signifikansi budaya cergam wayang, dan berbagai kegiatan lain.