Pandemi Covid-19 Bikin Mesin PCR Lebih Berkembang, Kenapa?
By: Date: 10 Oktober 2023 Categories: pandemi covid-19

Suara.com – Pandemi Covid-19 menjadi salah satu masa kelam bagi peradaban di bumi. Meski demikian, di saat bersamaan pandemi juga memberikan dampak positif bagi dunia kesehatan.

Salah satunya terkait perkembangan mesin Polymerase Chain Reaction alias PCR di Indonesia. Hal ini diungkapkan langsung oleh Deputy Director Stem Cell and Cancer Institute (SCI), dr. Sandy Qlintang, M.Biomed. 

“Karena dengan adanya pandemi covid even itu adalah suatu musibah besar di seluruh dunia, tapi juga memberikan efek yang positif, yaitu perkembangan mesin-mesin PCR, ini adalah mesin yang sangat penting untuk mengecek gen. Nah oleh karena itu, dengan adanya PCR sudah merata di seluruh Indonesia sehingga pemeriksaan gen bisa dipercepat,” ucap dr. Sandy dalam seminar internasional Dr. Boenjamin Setiawan Distinguished Lecture Series (DBSDLS), Minggu (8/10/2023). 

Selain itu, perkembangan PCR karena pandemi Covid-19 ini juga membuat proses precision medicine menjadi lebih cepat. Hal ini karena data yang masuk lebih tinggi. 

Baca Juga:Krisis Dunia dan El Nino Sebabkan Eksistensi Industri Kelapa Terancam, Pengusaha Minta Pemerintah Intervensi

Petugas kesehatan melakukan swab PCR kepada warga di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (31/5/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Petugas kesehatan melakukan swab PCR kepada warga di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (31/5/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

“Nah itu juga bisa jadi terapi untuk mengatasi precision medicine jadi lebih cepat karena data yang akan masuk lebih tinggi karena di seluruh Indonesia jaringan laboratoriumnya sudah memiliki PCR,” sambungnya. 

Tidak hanya itu, pengembangan PCR ini membuat proses pendataan gen di Indonesia lebih mudah. Apalagi di Indonesia sendiri memiliki variasi gen yang berbeda-beda. Dengan mengetahui gen tersebut, bisa mempelajari berbagai penyakit yang dialami serta terapi sel seperti stem cell. 

Dengan stem cell ini, akan membantu mempelajari gen-gen dari berbagai penyakit yang dialami. Nantinya terapi stem cell tersebut akan membantu efek penyembuhan bagi orang yang mengalami penyakit tertentu seperti talasemia, tuberkulosis, dan lain-lain.
 
Demikian, tidak bisa dibeli untuk melakukan semua hal ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biasanya, anggarannya tergantung dengan penelitian yang dilakukan terhadap penyakit tersebut. Namun, menurut dr. Sandy, pengeluaran dengan anggaran besar ini jika dilakukan memberikan manfaat luar biasa. Hal ini dapat membantu kurangi biaya BPJS serta meningkatkan produktivitas generasi muda. 

“Anggarannya mahal untuk tapi buat kebutuhan Indonesia harusnya tidak masalah, ini tergantung dari penelitian yang dilakukan misalnya thalasemia bisa sampai 40 sampai 45 miliar, tetapi dampaknya saya rasa berapapun harganya bisa jalani bersama-sama. Bisa menghemat biaya BPJS, negara juga, meningkatkan produktivitas generasi muda,” jelasnya. 

Melihat pentingnya pengembangan terapi genomik dan stem cell ini, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) kembali menyelenggarakan seminar internasional Dr. Boenjamin Setiawan Distinguished Lecture Series (DBSDLS). Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius mengatakan, diadakannya acara ini diharapkan dapat memberi informasi, edukasi dengan kolaborasi untuk transformasi teknologi kesehatan. 

Baca Juga:Sejarah Pestapora: Konser Favorit Warga Jakarta, Berawal dari Pandemi Covid-19

“Kami berharap dapat terus berkolaborasi dengan pemerintah dan semua pihak dalam menyukseskan implementasi inisiatif Transformasi Teknologi Kesehatan,” tutur Vidjongtius.

https://www.suara.com/health/2023/10/10/083601/pandemi-covid-19-bikin-mesin-pcr-lebih-berkembang-kenapa