Stunting? Bukan hal Asing bagi Orang Tua, Yuk kenali dampak dan Penanggulangannya, untuk Pertumbuhan Buah Hati Tercinta – Kompasiana.com – Kompasiana.com
By: Date: 8 Mei 2021 Categories: berita kesehatan,Health,Health Info,kesehatan

Berperan menjadi orang tua adalah hal yang paling ditunggu-tunggu dari pasangan yang baru melangsungkan akad pernikahan. Selain tujan dari pernikahan itu membangun nuansa keluarga harmonis sakinah dan rahmah, namun kerapkali terdengar dari desakan orang tua atau mertua yang ingin segera menimang cucu. Memang, tidak semuanya, selekas itu mendambakan kehadiran buah hati. Ada yang masih ingin menikmati masa-masa pacaran setelah menikah, jadi mereka tidak begitu terburu menginginkan buah hati. Karena biasanya munculnya rasa bimbang dan perlunya perencanaan yang matang dalam proses penyambutannya. Ada pula yang sangat antusias dalam mengikuti berbagai program hamil yang disodorkan oleh beberapa dokter terpercaya. Mayoritas dari mereka menyarankan sebaiknya tidak memakai alat kontrasepsi dan KB, menjalani pola makan yang sehat, meningkatkan hubungan intim yang berkualias, bahkan ada yang sampai beberapa dari calon ayah dan bunda mengkonsumsi berbaga vitamin anjuran dari masing-masing dokter.

Tidak jarang bagi para calon ayah dan bunda memiliki kecemasan dalam menanti kehadiran buah hati. Menjadi orang tua adalah sebuah peran yang yang berat, bagaimana menjadikan keturunannya sehat, kuat, dan kelak menjadi panutan kader keturunan selanjutnya. Belum lagi keadaan meresahkan yang sudah berjalan lebih dari satu tahun memporak-porandakan bukan hanya Indonesia, bahkan seluruh dunia sedang mengalaminya yaitu pandemi virus Covid-19. Salah satu dampak terburuk adanya pandemi virus ini adalah kondisi perekonomian dunia. Kondisi ini membuat sejumlah beberapa lembaga sedang melawan kekurangan gizi pada anak. Dalam penelitian tahun lalu, tepatnya pada hari Senin tanggal 14 Desember 2020, pandemi ini dapat menghillangkan nyawa anak kurang lebih 168.000 akibat dari mereka yang kelaparan dan kekurangan gizi. Hasil analisa tersebut dimuat oleh Standing Together for Nutrition Consortium, yang mana berpacu pada data ekonomi dan gizi tahun ini, serta survey yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti (Mela,2020).

Hal tersebut yang semakin membuat calon orang tua menjadi gelisah saat mereka ingin merencanakan program hamil atau sedang menanti buah hati dalam usia kandungan. Persoalan kekurangan gizi ini lebih sering disebut dengan “Stunting”. Stunting diartikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak balita atau muculnya masalah gizi yang begitu kronis disebabkan karena asupan gizi  yang dicerna sangat minim. Sehingga pertumbuhan pada balita mengalami keterhambatan dari segi tinggi badan, berat badan, bahkan otak yang melemah dalam menangkap sesuatu dalam proses pertumbuhannya. Belum lagi Presiden Republik Indonesia telah mendeklarasikan bahwa upaya pembangunan SDM, termasuk anak adalah salah satu fokus pembangunan tahun 2024. Namun, berdasarkan Global Nutrition Report tahun 2018 silam, menyatakan kasus Stunting di Indonesia menduduki peringkat ke 2 se Asia Tenggara. Karena dari 132 negara, Indonesia berada pada peringkat 108, sedangkan di Asia Tenggara kasus stunting Indonesia menjadi negara tertinggi ke dua setelah Kamboja (Kemenppa,2020).

Bisa kita bayangkan, padahal anak adalah penerus kader masa depan utuk mencetak dan melanjutkan perjuangan yang bergerak dalam generasi 4.0 saat ini. Tentu sangat mengkhawatirkan bagi kita semua, melihat sumber daya yang paling berharga menjadi salah satu kasus ang mencekam di Indonesia. Maka dari itu pentingnya pembelajaran sejak dini, bagi para calon orang tua untuk mempersiapkan pemenuhan hak anak baik dari segi kesehatan maupun segi asupan yang mereka telan dan tangkap didalam pikiran. Dampak stunting memiliki beberapa gejala yang klinis dan merugikan. Berikut ini pemaparan dampak stunting bagi anak yang terbagi menjadi dua yaitu jangka pendek dan jangka panjang :

Dampak stunting jangka pendek

  • Terhambatnya pertumbuhan kognitif dan motorik
  • Turunnya imunitas pada tubuh
  • Rentan mengalami beberapa penyakit yang menyebabkan kematian
  • Daya penyerapan yang kurang optimal pada saat kegiatan belajar

Dampak stunting jangka panjang

  • Memiliki postur tubuh yang kurang optimal atau pendek
  • Dapat meningkatkan obesitas
  • Beresiko memiliki penyakit jantung coroner, hipertensi dan osteoporosis
  • Menurunnya kesehatan reproduksi dan efektivitas kerja yang tidak optimal.

Dari beberapa dampak stunting jangka pendek dan jangka panjang yang telah dinyatakan diatas, stunting bukan hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk sejak ibu dalam keadaan hamil. Atau tidak melulu disebabkan oleh pasangan keluarga kurang mampu. Stunting juga terjadi pada keadaan keluarga yang berkecukupan bahkan lebih. Stunting disebabkan oleh faktor biasanya terdapat dari segi pengasuhan orang tua yang kurang baik, minimnya pengetahuan orang tua terutama ibu terhadap kesehatan dan jenis makanan apa saja yang harus dikonsumsi pada saat hamil dan setelah melahirkan. Terbatasnya layanan kesehatan yang diperoleh calon ibu selama hamil dan kurangnya memperoleh pembelajaran yang berkualitas. Bahkan yang lebih penting, minimnya akses air bersih dan sanitasi, terutama yang tinggal pada beberapa tempat yang kumuh atau sulitnya mendapat air bersih (Rini dan Jeki, 2019:4)

Begitu banyak faktor yang menyebabkan stunting pada balita, karena proses perkembangannya tergantung bagaimana ayah dan ibu merawat dan memberi nutrisi dengan baik. Walau dalam lingkup keluarga yang kurang mampu, orang tua bisa memaksimalkan merawat buah hatinya sebaik mungkin. Dengan cara mungkin bagi ayah untuk mengurangi konsumsi rokok, atau sejak setelah melangsungkan pernikahan baiknya berhenti merokok. Selain membuang pengeluaran yang kurang penting juga mengurangi angka prevalensi sebesar 33,7 %, karena ayah yang merokok menyebabkan bertambahnya kasus stunting 16% di Indonesia (Sutarto, Diana, Reni, 2018:543). Selain itu aksi 1000 HPK (Hari pertama Kehidupan) sangat penting dalam proses pertumbuhan anak. Karena pada masa ini, perkembangan otak mereka dapat mencapai 80% dari otak dewasa. Kesempatan yang emas dimulai dari 270 hari selama masa kehamilan sampai 730 kehidupan. Ibu yang sedang hamil dipastikan mendapat gizi makro maupun mikro seperti zat besi, asam folat dan yodium. Apabila perawatan alam pertumbuhan anak terlambat, kemungkinan berefek pada stunting dan kerusakan hal-hal yang beruntun dapat terjadi secara permanen (Kyreme, 2015:131-140).

Kita perlu belajar sejak dini, menjadi calon ibu tak sekedar bisa membuat mereka tumbuh dengan baik, namun beberapa nutrisi yang diksumsi juga harus memenuhi standart kesehatan. Makanan tidak enak, belum tentu makanan tidak sehat. Makanan yang sehat sudah tentu adalah makanan baik untuk proses pertumbuhan putra-putri tercinta. Pemberian ASI secara ekslusif adalah salah satu cara mencegah kasus stunting. Berikut ini ada beberapa panduan pemberian ASI yang baik menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) :

  • Gunakan bantal untuk bersandar dan penyangga kaki oleh ibu saat menyusui agar kaki tidak menggantung.
  • Baringkan bayi, lalu atur posisi miring menghadap pada ibu.
  • Apabila bayi masih baru lahir, sanggah seluruh tubuhnya denga satu lengan. Apabila sudah mai besar, sanggah dengan kedua lengan atau bisa menggunakan bantal lalu letakkan di pangkuan.
  • Dekatkan bayi tepat hidungnya dihadapkan pada puting.
  • Pegang payudara dengan tangan lainnya. Posisikan ibu jari diatas payudara dan empat jari lainnya menyangga payudara.
  • Gunakan putting untuk merangsang bayi agar membuka mulutnya.sat itu pula masukkan sebanyak mungkin bagian payudara ibu agar semakin banya ASI yang masuk ke dalam mulut bayi (ACS,2020).

Selain pemberian ASI, seorang ibu juga perlu meneliti perekembangan proses pertumbuhan. Pastikan bayi kita adalah bayi yang aktif, kita juga dapat memastikan mereka dapat tidur optimal dengan nyenyak  pada pukul 23.00-02.00. Pertumbuhan bayi dengan mengukur berat badan, panjang badan, dan lingkar kaki tiap sebulan sekali. Kita bisa segera merujuk pada dokter bagaimana proses berat badan mereka agar seimbang. Kegiatan imunisasipun juga sangat penting yang tidak boleh tertinggal dalam proses pertumbuhan. Karena telah kita ketahui sekitar 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi. Amunisasi termasuk vaksin yang saling berhubungan erat diantara keduanya. Dengan melakukan imunisasi diharapkan imun pada tubuh anak menjadi kuat, dan nutrisi yang dibutuhkan bisa diperoleh denga sempurna. Dengan melakukan imunisasi agar baiknya mengikuti aturan sejak lahir saai umur dua tahun harus tetap terpenuhi. Tujuan dari imunisasi selain untuk membentuk kekebalan tubuh, yaitu mencegah penyakit pada diri sendiri dan orang lain agar tidak kejadian penyakit menular (Kemenkes,2014-2016).

VIDEO PILIHAN